Powered By Blogger

Selasa, 18 Desember 2012

ipa


Faktor Usia Pengaruhi Keberhasilan Program Bayi Tabung
Sabtu, 13 Oktober 2012 | 19:33
Perawatan kesuburan melalui IVF, yaitu teknik mencampurkan sel telur dengan sperma ke dalam wadah kecil atau tuba tes di laboratorium untuk membuat fertilisasi terjadi.
Perawatan kesuburan melalui IVF, yaitu teknik mencampurkan sel telur dengan sperma ke dalam wadah kecil atau tuba tes di laboratorium untuk membuat fertilisasi terjadi. (sumber: Resimbul)
Bayi tabung menjadi solusi bagi pasangan yang mengalami masalah dalam memperoleh keturunan.

Program bayi tabung adalah suatu teknik reproduksi berbantu atau teknik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur matang dengan sperma di luar tubuh manusia (in vitro fertilization/IVF).

Namun, tahukah Anda bahwa usia pasangan wanita sangat mempengaruhi keberhasilan program bayi tabung?

Dokter spesialis kandungan Klinik Teratasi RS Gading Pluit, Indra Anwar, menjelaskan, usia reproduksi sehat untuk hamil adalah dibawah 35 tahun.

Jika diatas tersebut, lanjut dia, sudah dinyatakan tidak sehat dan akan sangat sulit untuk hamil dengan cara apapun.

Menurutnya, wanita berusia dibawah 35 tahun kemungkinan untuk hamil dengan program bayi tabung cukup tinggi, yaitu 45-50%.

"Sedangkan pada wanita usia sekitar 35 tahun tentunya peluang hamil lebih sedikit, sekitar 10 %," ungkap dia, di Jakarta, belum lama ini.

Indra memaparkan hal tersebut terjadi karena pada wanita kesuburan akan menurun sesuai ber tambahnya umur.

Mulai usia 35 tahun ke atas, kesuburan akan menurun dan akan terus menurun drastis pada usia di atas 37 tahun hingga akhirnya masuk ke masa menopause di atas 40-45 tahunan.

"Hal ini terjadi karena cadangan sel telur akan terus berkurang setiap wanita mengalami menstruasi dan lama kelamaan akan habis sehingga terjadilah masa menopouse dimana ovarium atau indung telur berhenti mengeluarkan sel telur," ujar dia.

Sebaliknya, lanjut Indra, usia tidak dapat membatasi tingkat kesuburan pada seorang pria, karena berbeda dengan wanita yang hanya memiliki 'gudang telur' dimana suatu saat akan habis, maka pria memiliki 'pabrik sperma'.

Sperma akan terus diproduksi tiap hari di testis selama anatominya normal. Selain itu, resiko keguguran dan bayi lahir cacat akan lebih besar apabila wanita berusia diatas 35 tahun hamil dengan program bayi tabung.

Untuk itu, ia menyarankan pada pasangan suami istri untuk tidak menunda-nunda melakukan bayi tabung apabila selama satu tahun tidak kunjung hamil dalam setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi.

"Tapi jika pada saat menikah wanita sudah diatas 35 tahun, jangan sampai tunggu hingga satu tahun dulu untuk memeriksakan diri dan memutuskan mengikuti program bayi tabung tersebut. Sebab, untuk menjalani program bayi tabung setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun per siklus," papar Indra.

Menurut Indra, saat ini pasangan suami istri tidak perlu lagi pergi keluar negeri untuk melakukan program bayi tabung.

Sebab, lanjut dia, kini sudah ada 20 klinik bayi tabung di delapan kota besar di Indonesia yang berada di bawah naungan PERFITRI (Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia), yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Medan.

Tak kalah dengan klinik di luar negeri, klinik di Indonesia juga didukung dengan tenaga dokter profesional dan fasilitas memadai.

Salah satu klinik tersebut adalah Klinik Teratai RS Gading Pluit. Klinik yang telah
berdiri sejak lima tahun silam, kini pasiennya sudah hampir 7.500 orang.

Manajer Klinik Teratai RS Gading Pluit, Sayenti, menambahkan, sejak berdiri hingga saat ini, klinik tersebut telah mencatatkan kelahiran bayi dari program bayi tabung kurang lebih sebanyak 100 kelahiran.

Bahkan, lanjut dia, ada beberapa dari pasangan yang melakukan program tersebut mendapatkan bayi kembar tiga dan dua.

Sedangkan untuk biaya yang dikeluarkan ia memperkirakan persiklus membutuhkan biaya kurang lebih sebesar Rp 60 juta.

"Obat-obatan memang paling mahal karena akan berkaitan dengan usia. Makin tinggi usia, maka dosis obat yang diberikan makin tinggi, otomatis makin mahal," ucap dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar