Powered By Blogger

Sabtu, 22 Desember 2012

makalah terbaru


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi di pasar dunia
mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh
dunia. Krisis global ini berawal pada negara adidaya Amerika Serikat (AS) dimana
dimulai dari kredit macet perumahan di Amerika Serikat yang merupakan sentrum
bagi perekonomian dunia. Akibat dari krisis global yang terjadi di AS, ini memberi
dampak besar pada negara-negara asia, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor
perkebunan komoditi Kelapa sawit, Karet, dan Kakao. Ini memberikan tekanan yang
cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan
harga berbagai komoditas ajlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga
peluang untuk memasarkan sangat sulit (Utaya D, 2008).
Krisis yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998 disebabkan oleh stok hutang
luar negri swasta sangat besar dan umumnya berjangka pendek, banyak kelemahan
dalam sistem perbankan di indonesia. Pada 2008, sebagian orang menyebutnya
sebagai krisis ekenomi global, tentu saja dengan sebab yang berbeda dibandingkan
krisis 10 tahun silam (Utaya D, 2008).
Suatu
krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi selama
sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali
seperti semula. Artinya jika seseorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia
akan dapat kembali berfungsi seperti keadaan yang belum krisis.
12
Jadi kita lihat krisis ekonomi mempunyai empat unsur yang jelas. Unsur yang
pertama adalah kejadian yang penuh resiko. Ini adalah kejadian yang mengawali
suatu reaksi yang berantai dari kejadian-kejadian yang mencapai puncaknya dalam
suatu krisis. Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini
membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau krisis tidak rentan, pasti krisis itu
tidak akan mungkin terjadi. Unsur yang ketiga adalah faktor-faktor yang
menimbulkan krisis tersebut. Artinya faktor terakhir yang perlu di tambahkan adalah
krisis yang aktif. Sedangkan arti istilah global dianggap berkaitan erat dengan
“sedunia, secara masal, secara umum”. Jadi krisis global adalah suatu keadaan gawat,
krisis yang terjadi di seluruh dunia atau mendapat dampak di seluruh dunia
(Abdullah, 2008).
Menurut (Anonimous, 2008) adapun terjadinya krisis global di akibatkan
adanya beberapa faktor antara lain:
1. Tingginya harga kebutuhan
2. Penyaluran kredit secara berlebihan sehingga tidak memperhatikan kemampuan
membayar dari konsumen.
3. Krisis kepercayaan dari para pelaku pasar, warga Negara, bahkan antar Negara
4. Spekulasi berlebihan dari para spekulan
5. Bidang usaha dari ekonomi makro tidak berjalan seiring dengan ekonomi mikro
Ditengah ancaman pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis
keuangan, perekonomian Indonesia juga akan mendapat tekanan yang cukup berat.
Pelemahan pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri memberikan tekanan
13
yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditas, namun diharapkan dengan
pangsa yang cukup besar dan adanya ekspektasi perbaikan perekonomian dunia
dalam 2-3 tahun ke depan, ekspor komoditas masih tetap menjadi tumpuan
perekonomian dalam jangka panjang. Ekspor komoditas yang selama ini menopang
perekonomian pasca krisis 1997, diharapkan dapat kembali menjadi salah satu faktor
penting dalam penguatan perekonomian Indonesia ke depan.
Kinerja ekspor Indonesia pada 2009 diperkirakan akan mengalami
penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan adanya penurunan permintaan
barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh terhadap
permintaan pasar internasional. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja ekspor
Indonesia adalah dengan peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan ekspor
dapat di pertahankan. Salah satunya yaitu dengan membuat pajak ekspr dan membeli
serta menjualkan barang baik dalam negri maupun di luar negri (Astuty, 2000).
Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang
berkurang dan menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja
ekspor tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa.
Adapun batas aman nilai cadangan devisa adalah empat bulan ekspor dan
pembayaran kewajiban atau kurang lebih US$50 miliar (Astuty, 2000).
Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik khususnya hasil perkebunan. Salah satu komoditas yang selama ini menjadi
andalan ekspor adalah karet dan barang karet (pertumbuhan ekspor karet dan barang
14
karet mencapai sekitar 65% dalam 3 tahun terakhir) di samping CPO yang tetap
menjadi primadona ekspor (Parhusip Basar A,2008).
Hal positif yang ditinggalkan oleh krisis 1998 itu adalah diuntungkannya
sebagian masyarakat di daerah yang memiliki basis kegiatan di sektor
pertanian/perkebunan, karena komoditas seperti karet, sawit dan kakao harganya
melambung di pasar internasional, dimana hal positif yang di tinggalkan yaitu
normalnya harga di pasaran sedangkan pada waktu yang bersamaan nilai rupiah pun
merosot sampai 100%, artinya nilai rupiah terhadap mata uang dolar amerika serikat
yang di sebabkan para valuta asing jatuh tempo pembayaran hutang, luar negri baik
swasta maupun pemerintah, kurang percaya masyarakat terhadap rupiah, lemahnya
perekonomian indonesia yang di lihat dari hutang luar negri.
Perolehan devisa dari ekpor minyak sawit sejak pulih kembali perekonomin
setelah krisis mengalami meningkatan sangat luar biasa volume terus bertambah
akhir-akhir ini juga mengalami peningkatan harga dan nilai tukar secara keseluruhan
ekspor diatas 10 juta ton berhasil di lalui sejak tahun 2005 dengan perolehan devisa
yang pada tahun 2008 telah melewati USD 10 juta meskipun ekpor tahun ini masih
berlanjut. Hal ini terjadi karena faktor volume dan harga secara keseluruhan
kedudukan perolehan devisa dari minyak sawit terhadap total nilai ekspor hasil
industri juga menigkat mencapi diatas 5 % secar 2003 dan tahun 2007 mencapai
diatas 10%. (Noer, 2008).
15
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan
ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan internasional khususnya
ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi.
Ekspor merupakan agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan
internasional. Suatu negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan
sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.
Ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke
industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting dalam waktu-waktu
mendatang, apalagi dengan digulirkannya perundingan-perundingan WTO menuju
perdagangan dunia tanpa hambatan. Adapun perundingan- perundingan WTO adalah
mendorong perdagagan bebas dengan mengurangi dan menghilangkan hambtan-
hambatan perdagangan seperti tarif dan non tarif (misalnya regulasi menyediakan
forum perundingan perdagangan internasional, menyediakan sengketa dagang dan
memantau kebijakan perdagangan di antara anggotanya (Faisal, 2002).
Akibatnya bagi komoditi perkebunan adalah Perkebunan Indonesia terancam,
tapi perkebunan Indonesia mempunyai modal dasar berupa keunggulan komparatif,
dan beberapa komoditas (minyak kelapa sawit, karet, dan kakao), mempunyai daya
saing yang cukup bagus. Namun justru komoditas-komoditas tersebut yang sangat
mungkin mengalami goncangan terkuat dibandingkan komoditas perkebunan lainnya
karena pasar ke tiga komoditas tersebut terkena resesi. Masalahnya, komoditas lain
16
terkait dengan daya saingnya yang lemah. Dari sisi pelaku, petani perkebunan rakyat
relatif lemah sehingga mereka perlu diutamakan untuk diselamatkan. untuk
menyelamatkan usaha perkebunan di Indonesia langkah antisipastif perlu
dipersiapkan sekaligus mengimplementasikan, baik yang besifat fundamental maupun
penunjang . sasarannya dalah agar komoditas dan produk perkebunan indonesia dapat
di jual dengan beban biaya output minimum. Penjualan komoditas tersebut terutama
di pasar ekspor (Krugman, 2005).
Salah satu perubahan mendasar yang terjadi di pasar internasional adalah
liberalisasi perdagangan untuk sektor pertanian, dimana beberapa produk perkebunan
termasuk di dalamnya. Libralisasi perdagangan adalah meghapus dan mengurangi
hanbatan hambatan yang terjadi di dalam perdagangan Liberalisasi perdagangan
tersebut
diperkirakan
akan
mempunyai
dampak
yang
signifikan
terhadap
perkembangan komoditas perkebunan. Besarnya dampak untuk masing-masing
komoditas perkebunan tentunya bervariasi bergantung besarnya intervensi pemerintah
negara-negara yang terlibat dalam perdagangan komoditas perkebunan. Sebagai
contoh, dampak liberalisasi terhadap minyak nabati, dimana CPO termasuk
didalamnya, diperkirakan akan lebih besar dibandingkan karet yang relatif tidak
banyak mengalami intervensi pemerintah (Abbot, 2003).
Identifikasi Masalah
17
1. Bagaimana perubahan harga dan volume ekspor komoditi perkebunan sebelum
krisis global 2008 dan sesudah krisis global 2008 (Kelapa sawit, Karet dan
Kakao) di Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam meningkatkan harga dan volume ekspor
komoditi perkebunan (Kelapa sawit, Karet dan Kakao) di Provinsi Sumatera
Utara sesudah krisis global 2008?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perubahan harga dan volume ekspor komoditi perkebunan
sebelum krisis global dan 2008 sesudah krisis global 2008 (Kelapa Sawit, Karet,
dan Kakao) di Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam meningkatkan volume ekspor
komoditi perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao) di Provinsi Sumatera
Utara.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan kemudian hari dapat digunakan sebagai:
1. Sumbangan dalam kajian terkait dengan masalah dampak krisis global 2008
terhadap harga dan volume ekspor komoditi perkebunan di Provinsi Sumatera
Utara.
2. Sebagai bahan reverensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar