SEJARAH PERJUANGAN UMAT ISLAM
BANGSA INDONESIA
I.
KELAHIRAN ISLAM DI INDONESIA (ABAD VII
– XVIII)
Pada mulanya Islam masuk ke Indonesia
adalah dari jalur perdagangan, dimana
sepanjang pesisir pulau Sumatera waktu
itu telah banyak di kunjungi oleh pedagang Arab,
India dan Tiong Hoa. Mereka adalah para
pedagang Muslim, maka selain hubungan
perdagangan, perkawinan, kebudayaan
juga tentunya terjalin hubungan Da’wah Islam.
Perhubungan dagang mendatangkan
kemakmuran dan selanjutnya perkembangan sosial
budaya. Mulailah terbentuk
kelompok-kelompok orang Islam, tentulah secara kecil-kecilan
dan terserak. Namun sebelumnya,
Nusantara kita terutama Sumatera juga menjadi jalur
hubungan perkembangan Agama Hindu dan
Budha antara India dan Tiong Hoa. Sumatera dan
Malaya (kini Malaysia) merupakan daerah
persinggahan penganjur-penganjur Hindu dan
Budha, lalu menyusul pulau Jawa yang
juga menjadi daerah subur Agama.
Masyarakat Islam mulai terbentuk di
beberapa tempat, terutama daerah pantai
kemudian tersebar ke setiap pelosok.
Kondisi Islam yang membudaya dalam kehidupan
bangsa Indonesia, akhirnya melahirkan
kerajaan Islam yang kuat dan sentausa di Pase (Aceh)
yang bernama Samudra Pasai pada abad X
sampai abad XIV (1444 M). Di masa-masa
kerajaan ini , sementara itu di Timur
Tengah sedang berkecamuk Perang Salib, salah satu
tokohnya dari pihak Islam yang paling
menonjol dan paling digandrungi Umat Islam ialah
Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah
bermadzhabkan Safi’iyyah (Ahlussunnah Wal Jama’ah)
telah mampu mempersatukan kembali
kekuatan Umat Islam di Timur Tengah terutama di
daerah Baghdadh yang ditandai oleh
penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang
tujuannya adalah membangkitkan ghiroh
yang mana kondisi Umat Islam pada saat itu nampak
melemah daya juang dan kesatuannya.
Pembaharuan ini membawa pengaruh kuat
kemana-mana termasuk ke Indonesia
sendiri, dimana kerajaan Pasai dan
kerajaan sesudahnya seperti : Perlak, Demak, Mataram,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku hingga
kerajaan-kerajaan kecil sesudahnya, semua
mengikuti pola-pola kerajaan Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi di Baghdadh (Timur Tengah).
TAHUN 1399 M
Pulau Jawa bahkan seluruh Nusantara
telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit (1292 –
1525 M) yang dasar negara dan
masyarakatnya beragama Hindu dan Budha. Namun kerajaan
ini mengalami kemunduran sepeninggalan
Patihnya yang bernama Gajah Mada, yang semasa
hidup dan kejayaannya pernah juga
menaklukkan kerajaan Pasai namun gagal, malah kerajaan
di Aceh ini tak pernah dikalahkan, maka
perkembangan Islam pun berjalan terus yang
kelanjutannya pada tahun ini Islam
mulai masuk ke pulau Jawa daerah Timur dengan
hadirnya seorang Ulama yang
berkebangsaan Arab yang juga sebelumnya menetap di Pasai
yang bernama Maulana Malik Ibrahim.
Beliaulah Ulama dan Mubaligh pertama di Pulau Jawa
tepatnya di Gresik dan beliau menetap
selama 20 tahun dan juga orang menyebutnya sebagai
Wali yang kemudian di ikuti oleh
delapan tokoh lainnya hingga terkenal dengan julukan Wali
Songo (9 Wali).
Didalam perkembangan syi’arnya Wali
Songo berpolakan ‘evolusi’ (berubah setahap
demi setahap) seni budaya Hindu dan
Budha tidak diusik melainkan disuntikan te tengah-
tengah budaya yang ada. Memang luwes
dan mendapatkan sambutan yang terbuka dari
masyarakat. Namun dampak negatifnya
pertumbuhan Bid’ah dan Khurafat tumbuh subur
dewasa itu hingga dewasa kini. Misi dan
pergerakan Islam yang berhaluan Wali Songo
terakhir dibawa oleh Kyai Mojo seorang
Ulama dan tokoh masyarakat Jawa Tengah, beliau
punya murid yang utama bernama Pangeran
Diponegoro. Berbaurnya Risalah Islam dengan
seni budaya Hindu dan Budha dapatlah
dimaklumi karena masuknya Islam pertama kali ke
bumi Nusantara (Indonesia) oleh para
pedagang yang merangkap sebagai Mubaligh atau bisa
1
saja Mubaligh-mubaligh yang merangkap
pedagang. Namun tetap kemurnian Islam dalam hal
penyampaiannya harus oleh Ulama Islam
yang sebenar-benarnya dan seutuhnya, sebagaimana
oleh Rasullullah SAW, Ulama itu
dinobatkan sebagai Warasatul An-biyya.
TAHUN 1642
Berkecamuknya Revolusi industri di
dunia mendorong tiap-tiap negara-negara maju
untuk mencari lahan pemasaran dan juga
sumber bahan-bahan baku industri serta beberapa
kebutuhan hidup yang tidak terdapat
pada negaranya, maka tatkala di Indonesia apa yang
diharapkan dalam skala yang melimpah
ruah sehingga kepulauan Indonesia menjadi ajang
perebutan oleh negara-negara yang
sedang memperluas wilayah pemasarannya. Pada akhirnya
Negara Belandalah yang dapat menguasai
kepulauan Indonesia khususnya. Hal ini ditandai
dengan lahirnya VOC tahun 1642; untuk
memperlancar atau mempermudahkan expansi
mereka, maka merekapun mengirim para
ahli untuk menyelidiki ideologi, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, keamanan dan Agama.
TAHUN 1825 - 1830
Terjadi pemberontakan kepada Belanda
pada waktu itu yang telah mampu menjajah
bumi Nusantara (Indonesia) bercokol
selama 350 tahun dan berakhirnya tahun 1942, dengan
peristiwa pendudukan Jepang di bumi
Nusantara. Peristiwa ini merupakan suatu pergerakan
keagamaan yaitu, Agama Islam yang
dipimpin oleh Pangeran Diponegoro di daerah Jawa
Tengah. Ini suatu tanda perkembangan
yang terjadi dari umumnya bangsa Indonesia itu punya
watak ‘nrimo’. Dimana Pangeran
Diponegoro memimpin pergerakan ini dengan suatu
sistematika perjuangan dengan penataan
umat dalam formasi shaf kemiliteran, peperangan
yang dikobarkan itu ialah sebagai bukti
kemajuan dalam faham Islamismenya. Berakhirnya
pergerakan Pangeran Diponegoro, pada
saat itu Islam dalam keadaan tenggelam pada
masyarakat pada umum di bumi Nusantara
dan di Pulau Jawa pada khususnya. Walaupun
misi Wali Songo boleh dikata sudah
berakhir namun ajatran Islam yang sudah cukup
memasyarakat, mampu memberikan suatu
peluang terbuka berkomunikasi antara bangsa
Indonesia dengan Timur Tengah. Hal ini
terjadi pada masa-masa Umroh Haji ke tanah Suci
Mekah. Dan dari sinilah awal mula
Risalah Islam yang seutuhnya akan tersebar di bumi
Nusantara Indonesia, para Ulama
Indonesia dapat bertemu langsung dengan para Ulama di
pusat-pusat penyebaran Islam dan
terjadilah Ta’lim yang sesungguhnya dan seutuhnya dari
ajaran Islam yang disampaikan oleh para
Ulama-ulama terkemuka sebagai para pewaris para
Nabi, sumber yang bersih dari bid’ah
dan khurafat.
TAHUN 1880 - 1888
Terjadi pemberontakan petani di Banten
yang diprakarsai oleh Ulama besar yang
bernama KH Abdul Karim, beliau punya
tiga orang murid yang pelopor pergerakan tersebut.
Mereka itu adalah : 1. Imam Nawawi
Banten; 2. Ki Muhtar Natanagara/Muhtar Bogor; 3. Ki
Muhyidin. KH Abdul Karim seorang Ulama
yang kerap kali ke Timur Tengah yang hingga
wafatnya pun dimakamkan di Negara Mesir
(Ma’la). Beliau pernah bersumpah bahwa dia
tidak akan pernah menginjak tanah
Banten lagi sebelum disana tegak sebuah negara Islam
dihadapan muridnya. Ini sebagai suatu
cetusan awal untuk berdirinya Negara Islam Indonesia
(NII). Setelah bersumpah begitu KH
Abdul Karim menetap di Arab Saudi dan pergerakan
dipimpin oleh Imam Nawawi Banten.
Semasa pergerakan ini sekitar tahun 1888 dan orang-
orang sisa pergerakan ini berjumlah 94
orang oleh Pemerintah Belanda diasingkan secara
terpisah satu sama lainnya ke seluruh
pelosok Indonesia. Pada hakekatnya pembuangan secara
begitu merupakan penyemaian bagi benih
untuk tersebar merata ke mana-mana. Skenario
Allah pula yang mengaturnya. Dari sini
belumlah ada lagi pergerakan yang dapat dihitung
sebagai poin dalam sejarah Islam di
Indonesia. Walaupun demikian ke-94 orang yang
diasingkan tadi diibaratkan api dalam
sekam yang pada suatu saat nanti diserukan suatu
ajakan maka bakalan terjadi gayung
bersambut dari masyarakat yang telah terwarnai mereka
2
terhadap para penyeru yang datang
kemudian (namun masih segenerasi atau generasi yang
dekat dengan mereka)
II.
PERTUMBUHAN ISLAM (1905 - 1917), 16
OKTOBER 1905
SDI (syarikat Dagang Islam) lahir di
Solo, didirikan oleh KH Samanhudi yang dibantu
oleh KH Asmodimejo, M Kertoteruno dan
KH Abdul Rojak. Motif utamanya adalah :
Memerangi diskriminasi yang tajam yang
sengaja dilakukan oleh para bangsawan terhadap
kaum dhu’afa. Sangat menonjolnya
sikap angkuh dan superioritas para pedagang Cina yang
memang memonopoli perekonomian
Indonesia di bawah naungan tiran/Thaghut Belanda.
Partai ini eksisnya nampak masih sangat
kaku, karena pergerakannya masih berfokus
pada perdagangan batik. Hal ini sangat
disadari oleh KH Samanhudi, maka beliau
mengadakan konsolidasi dengan para
pemuka masyarakat dan Ulama-ulamanya, yang
akhirnya beliau bertemu dengan seorang
yang kharismatik yaitu Bapak HOS Cokroaminoto di
Surabaya. Menurut kabar bahwa KH
Samanhudi banyak menyerap pola pikir Ulama besar
bernama Mohammad Abduh, seorang pemikir
Islam yang ahli dibidang Tauhid. Sedangkan
Bapak Cokroaminoto banyak menyerap
pemahaman Jamaluddin Al-Afghani, seorang bangsa
Afghan yang sukses memulihkan
ketata-negaraan yang oleh penguasa sebelumnya telah
menjadi negara sekuler. Bahkan beliau
mampu mengembalikan Pemerintahan Timur Tengah
pada umumnya dari ambang pintu
kehancuran lantaran faham sekuler yang mengkoyak-koyak
tatanan Pemerintahan Islam. Jadi
Jamaluddin Al-Afghani-lah yang telah menggagalkan
program musuh-musuh Islam di Timur
Tengah. Mengembalikan Timur Tengah kepada
persatuan dan Ke-Islaman-nya. Beliau
pencetus Pan Islamisme. Pertemuan kedua tokoh tadi
sekitar Bulan Mei 1912, membicarakan
kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang
lebih pesat. Kepercayaan mulai penuh
terpegang oleh HOS Cokroaminoto, kemudian beliau
mengadakan perubahan yang diawali dari
nama, yaitu nama Syarikat Dagang Islam menjadi
Syarikat Islam. Walaupun hanya
menghilangkan satu kata namun hasilnya sangat
memberikan pengaruh hebat. Dan
tersusunlah anggaran dasar yang pertama yang dirumuskan
oleh Raden MasTirtosudiro pada tanggal
11 November 1912 (Pimpinan SI cabang Bogor).
Tujuan organisasi ini dalam anggaran
dasarnya disebutkan “Akan berikhtiar, supaya anggota-
anggotanya satu sama lain bergaul
seperti semula, supaya timbullah kerukunan dan tolong
menolong satu sama lain antara sekalian
kaum Muslimin. Dan lagi dengan segala upaya
yang halal dan tidak menyalahi wet-wet
negeri (Surakarta) dan wet-wet Goverment;
Berikhtiar mengangkat derajat rakyat
agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan
kebesaran negeri”.
MEI 1908
Di Batavia berdiri sebuah organisasi
sekuler yang bernama Budi Utomo yang
didirikan oleh Dr. Sutomo yang para
anggotanya adalah kaum intelek didikan Belanda.
Mereka adalah para priyayi dan karena
kepriyayiannya maka Budi Utomo dijadikan tempat
bergengsi yang Dr. Sutomo sendiri tidak
menginginkannya, maka Dr. Sutomo keluar dari
organisasi ini kemudian mendirikan
Studi Club yang nantinya menjadi PARINDRA (Partai
Indonesia Raya). Organisasi ini sangat
bersifat lokal tidak halnya seperti SI, namun mungkin
dengan organisasi kaum pribumi didikan
Eropa ini dijadikan sebagai tonggak awal dari
Nasionalisme, maka kelahiran Budi Utomo
ini dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Dr. Sutomo membenci SI lantaran ajaran
Islamnya yang mengajarkan beberapa hal yang tidak
relevan dengan pemikiran dia sendiri
seperti poligami, yang karena membencinya sampai
menghina Nabi Muhammad lewat artikel
karya tulis yang dimuat di surat kabar. Reaksi dari
umat Islam terutama dari SI sangat
tajam, maka Dr. Sutomo menarik kembali artikelnya dan
menyiarkan lewat surat kabar permohonan
maafnya kepada umat Islam dan khususnya kepada
SI. Menjelang akhir 1912 SI pernah
dibekukan namun tak lama kemudian diizinkan dengan
syarat agar Anggaran Dasarnya dirubah.
Hal ini diindahkan namum perubahan Anggaran
Dasar yang disusun oleh HOS
Cokroaminoto lebih membahayakan namun karena dipolitisir
3
sedemikian rupa maka Pemerintah Belanda
tidak berani mengusiknya. Pada awal perubahan
nama (SDI – SI) sudah nampak
percaturannya pada arena perpolotikan, namun sebagai
dampaknya ada tokoh-tokohnya yang tidak
setuju dan pada kelanjutannya terjadi terulur
benang dari kain, mengundurkan diri
dari arena yang ada dan mendirikan perkumpulan sesuai
dengan aspirasi pribadinya
masing-masing.
NOVEMBER 1912
KH Ahmad Dahlan memindahkan diri dari
SI dan mendirikan Muhammadiyah, suatu
yayasan sosial dan Pendidikan Islam.
Tokoh ini adalah seorang Ulama yang berhaluan
Madzhab Wahabi. Faham yang berorientasi
pada Salafiyah/Reformis yang anti taklid buta dan
menentang bermadzhab. Jadi arahan
Muhammadiyah ini menitik beratkan pada masalah
Furu’iyyah. Dapatlah kita menilai
eksisnya ini pada tujuan dan latar belakang.
TUJUAN :
1. Memajukan serta menggembirakan
pelajaran dan pengajaran Agama Islam dalam
kalangan sekutu-sekutunya.
2. Memajukan serta menggembirakan hidup
sepanjang kemajuan -kemajuan Islam
dalam kalangan sekutu-sekutunya
LATAR BELAKANG
:
1. Suasana kehidupan agama yang masih
berbaur dengan syirik dan bid’ah khurafat.
2. Kondisi ekonomi Islam lemah.
3. Tak ada ukhuwah Islamiyah di
kalangan umat Islam.
4. Adanya misi Zending dari Belanda.
Yayasan atau boleh juga kalau mau
dikatakan organisasi Muhammmadiyah ini
berpusat di Yogyakarta. Partai ini
meminta pengesahan kepada Gubernur Jendral Belanda
pada tanggal 20 Desember 1912 dan baru
dikabulkan pada tanggal 22 Agustus 1914.
JANUARI 1913
Kongres pertama SI pada kongres inilah
Bapak HOS Cokroaminoto memulai
debutnya pada bidang perpolitikan. Pada
kesempatan di mimbar beliau berkata : ”Dengan
kongres ini, itu adalah pertanda bukti
daripada kebangkitan hati Rakyat Indonesia yang
dipandang orang sebagai seperempat
manusia ... bahwa apabila suatu rakyat telah bangun
dari tidurnya, tak sesuatupun dapat
dihalangi geraknya ... bahwa kelahiran SI, semata-mata
Kodrat Allah Ta’Ala belaka bahwa Umat
Islam Indonesia harus bersatu dalam ikatan
Agamanya.”
TAHUN 1914
Melihat perkembangan SI yang sedemikian
berpengaruhnya pada masyarakat Islam
khususnya di Jawa, maka Belanda merasa
sangat khawatir, maka dibentuklah utuk menyaingi
SI suatu Partai Demokrasi Sosial yang
bernama ISDV Indische Sosial Demokrat Voolskrad).
Belanda mengadakan rujukan antara faham
Sosialisme SI dengan faham Sosialisme Komunis
Rusia; ISDV dengan kader-kadernya:
Sneevlit
Adolf Boors
Dowwes Dekker
Van Burring
Breman
Upaya Belanda yang semacam ini kurang
membawa hasil apalagi pada tahun ini SI
mengadakan kongres menetapkan Anggaran
Dasar dan pemilihan central commite yang jatuh
4
pada Bapak Hos Cokroaminoto. SI yang
sudah menyebar ke berbagai pelosok sehingga setiap
desa dibagi menjadi (3) Wilayah Besar :
Jawa, Sumatra dipimpin oleh Gunawan di
Bandung
Jateng, Kaltim dipimpin oleh KH
Samanhudi di Solo
Jatim, Sulawesi, Timor -Timur, NTT dan
Irian Jaya di pimpin oleh Bapak Hos
Cokroamonoto
Dibagi kedalam 86 cabang dan kongres
ini telah didata anggota kurang lebih 360.000
orang.
TAHUN 1917 – 1942
(Juni 1916) Kongres yang ketiga
kalinya, tapi ini sebenarnya kongres yang pertama
dari central SI atau NATIKO I (National
Kongres ke-I). Pada waktu itu telah terdata sekitar
2.000.000 orang anggota yang tersebar
pada 135 cabang di seluruh Indonesia.
(Juni 1917) Kongres National II
dilaksanakan di Jakarta. Dalam kongres ini
dibicarakan soal yang menyangkut
masyarakat baik politik maupun sosial. Dalam usahanya
untuk mencapai tujuan disepakatilah
langkah penetapan program atas dan program tandhim
sbb :
Program Azas
Program Tandhim
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Persatuan umat (ke dalam dan antara).
Kemerdekaan umat
Sifat Pemerintahan
Ekonomi Umat
Kesamaan derajat
Kemerdekaan sejati (maksudnya NII)
: 1. Sebersih-bersih Tauhid
2. Ilmu pengetahuan. (setinggi-tinggi
ilmu )
3. Siyasah. (sepandai-pandai siasat )
Program Tandhim ini dinamakan juga
TRILOGI SI.
III.
PERKEMBANGAN ISLAM (TAHUN 1917 - 1934)
Sekitar tahun 1917 terjadi revolusi di
Rusia yang mengakibatkan suhu politik dunia
memanas. Maka Belanda dalam rangka
menghindarkan pemanfaatan kondisi pergerakan
Islam Indonesia atau dalam rangka
stabilitas Nasional didirikanlah suatu badan pertahanan
yang bernama “volskraad” yang
pertama kali dibuka pada tanggal 18 Mei 1918. Rancangan
volskraad ini diterima keberadaannya
oleh SI dan Bapak Hos Cokroaminoto pun ikut hadir di
dalamnya, hal ini bukanlah tanpa
rencana dan juga sesuai dengan kesepakatan dari tokoh-
tokoh SI lainnya. Kehadiran SI di
volskraad adalah suatu realisasi dari program tandhim point
ke-3, yaitu siyasah, terbukti sikap SI
berupaya beberapa bulan saja berada di volskraad sudah
menuntut adanya pemerintahan sendiri
dengan alasan sesuai dengan keputusan Ratu tanggal
23 juli 1903 di Den Haag Belanda.
Pada Kongres Nasional III Bapak Hos
Cokroaminoto mengatakan jika Pemerintah
tidak hendak mengindahkan segala
tuntutan di dalam waktu 5 tahun maka SI sendiri kelak
yang akan melakukannya. Dari kejeniusan
berpolitik inilah Bapak Hos Cokroaminoto dijuluki
oleh Belanda dengan julukan “de
Aanstaan de Koning Japanes” (Rajanya orang Jawa yang tak
bermahkota).
5
TAHUN 1917 - 1918
Bapak Hos Cokroaminoto menunaikan
ibadah Haji. Pada tahun inilah beliau menjadi
Bapak Haji Oemar Said Cokroaminoto yang
selanjutnya dari sini beliau sering mengadakan
lawatan ke luar negeri mengadakan
konsolidasi untuk kesinambungan perjuangan. Maka
tercetuslah “Pan Islamisme” dengan
tahapan : Kemerdekaan Indonesia, Kemerdekaan Islam,
Kemerdekaan Dunia Islam. Untuk
kepentingan ini Bapak Hos Cokroaminoto yang nantinya
memiliki kader-kader yang progresif :
Abi Kusno/Samaun, Sukarno, SM Kartosoewirjo
TAHUN 1920
Melihat gerak langkah Bapak Hos
Cokroaminoto yang semakin lama semakin pesat
dan membahayakan, maka Belanda setelah
tidak berhasil mengendalikan Bapak Hos
Cokroaminoto lewat volskraad-nya,
kemudian memfitnah beliau dengan tuduhan memberikan
sumpah palsu kepada suatu peristiwa.
Akibatnya beliau dipenjarakan ± 1 tahun. Sementara
beliau dipenjara, Samaun pimpinan SI
cabang Semarang terpengaruhi faham Marxis.
Seringlah terjadi perdebatan yang
sengit antara Samaun dan H. Agus Salim pengganti
sementara di SI selama Bapak Hos
Cokroaminoto uzur. Dalam Kongres Nasional IV
disepakati untuk adanya disiplin Partai
yaitu tiap-tiap anggota SI tidak memiliki 2 aliansi.
Maka Samaun pun terkena disiplin
Partai. Maka terbendunglah rencana PKI untuk
memerahkan SI apalagi setelah keluarnya
Bapak Hos Cokroaminoto dari penjara yang dengan
kharismanya dapat memulihkan kerancuan
dan perpecahan dikalangan SI.
TAHUN 1921
Samaun mengadakan Kongresnya yang
pertama di Semarang, hasil Kongres ini
mengangkat Lenin sebagai pimpinan dan
diproklamasikannya Partai Komunis Hindia. sebagai
transpormasi dari ISDV serta
dijadikannya SI cabang Semarang menjadi SI merah.
TAHUN 1923
Diadakan Kongres di Madiun memutuskan
tentang perobahan baru pada arahannya,
dimana sentral SI diputuskan untuk
diubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Resmilah kini golongan Islam mempunyai
wadah sebagai alat perjuangan. Dan juga dalam
Kongres ini diputuskan mengenai
pengukuhan disiplin partai. Misi PKI benar-benar merasa
terpotong, maka mereka mengambil sikap
balasan dengan mengadakan Kongresnya di
Bandung pada tanggal 4 Maret 1923. Yang
dihadiri 14 cabang PKI dan 14 cabang SI merah.
Disisi lain terjadi pendirian Persis
oleh A. Hasan di bantu oleh M. Natsir, dengan ketuanya B.
Zamzam dan HM Yunus.
Sebenarnya A Hasan ini adalah andalan
Bapak Hos Cokroaminoto didalam Syari’ah
baik teori maupun praktis. dimana
keberadaan A Hasan sendiri pada waktu itu dalam kondisi
buron. Maka dalam mendampingi Bapak Hos
Cokroaminoto tidak banyak orang tahu setelah
diketuai, maka A.Hasan dipaksa untk
berada pada posisi yang mudah diawasi dengan
mendirikan yayasan / organisasi formal,
sehingga dapat dilihat jelas arahan Persis ini juga
hanya berorientasi pada bidang
Ubudiyyah dan teori-teori Syari’ah yang banyak
mengetengahkan logika. Semenjak
keluarnya KH Ahmad Dahlan dari PSII, maka PSII telah
dikembangkan oleh Bapak Hos
Cokroaminoto. (QS. 30 :31-32), tentang status masyri bagi
yang memecah belah Islam menjadi
beberapa golongan yang masing-masing merasa bangga
dengan golongan nya masing-masing.
TAHUN 1925
SI merencanakan pertemuan antara ulama
seluruh Nusantara mengingat adanya
pemisahan diri beberapa tokoh yang
kurang/tidak setuju dengan prinsif PSII, maka disebarkan
undangan kepada orang Islam yang
berkompeten diseluruh Indonesia berikut kepada duta SI
di Arab Saudi, yaitu KH Hasyim Asy’ari,
namun ternyata surat undangan tersebut tersensor
Belanda malahan diubah isinya yang
tadinya mengadakan undangan kepada para ulama untuk
6
membicarakan persatuan umat, menjadi
bahwa akan terjadi pembunuhan para ulama yang
tidak mau komitmen kepada PSII.
Akibatnya sangat falat , apalagi KH Hasyim Asy’ari adalah
Pimpinan pondok Pesantran Tebu ireng di
Jombang Jatim. Maka sesudah menerima surat, ia
kembali ke Indonesia dan langsung ke
sana bukannya datang ke SI untuk laporan
mentabayyun sesuai dengan tugas dan
haqnya.
Sesampainya di Tebu Ireng Belanda pun
telah menyiapkan skenario selanjutnya yaitu
KH Hasyim Asy’ari diperintahkan oleh
Pemerintah untuk mendirikan suatu perkumpulan agar
terjadinya persatuan dan pembaharuah
yang bernama Nedherland Organization (NO). Jadi
pada mulanya NU adalah golongan yang
berada dibawah ketiak thagut.
TAHUN 1926
Untuk kelanjutannya para tokoh
Pesantren Tebu Ireng mengadakan rembukan untuk
membentuk suatu wadah yang sesuai
dengan inspirasi mereka dan juga sesuai dengan situasi
dan kondisinya serta telah terasa
tekanan kepada mereka dengan semakin tersebarnya faham
wahabi yang jelas-jelas bertentangan
faham dengan fahamnya Ahlusunnah wal jama’ah yang
mereka yakini. Maka lahirlah pergerakan
kebangkitan ulama dengan nama Nahdatul ulama
(N=Nahdiyyun =kebangkitan ulama).
TAHUN 1927
Sukarno dikeluarkan dari SI dan
mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), faktor
penyebabnya : Sukarno pernah diketahui
oleh Bapak Hos Cokroaminoto yang membuat karya
tulis curahan hati dan cita-citanya,
setelah dianalisa ternyata karya tulisannya itu tentang
Komunisme. Waktu diperintahkan
dibatalkan niatnya oleh Bapak Hos Cokroaminoto, malah
ia tetap menyatakan pada pendiriannya.
Sewaktu partai membicarakan tentang
azas yang mendasari negara bila merdeka
ternyata Sukarno bersikeras pada
pendiriannya yang menyatakan bahwa Dasar Negara haru
Nasionalisme. Maka PSII memutuskan
untuk menjatuhkan ketetapan disiplin partai maka
Sukarno dikeluarkan dari partai.
Kelahiran Islam dipanggung politik
cukup menonjol, namun usianya tidak seberapa
lama hanya 1 tahun untuk selanjutnya
didirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) oleh M
Hatta. Inipun tetap gaya Barat corak
Nasionalisme.
TAHUN 1930
Bapak SM Kartosuwiryo semakin aktif di
PSII dan mempunyai peranan penting
sebagai dokumen hidup yaitu menjadi
sekjen PSII. Pada tahun ini pula beliau menikah dengan
Ibu Dewi Siti Kulsum (wiwi).
TAHUN 1933
Majlis Tandhim ke 22 menetapkan sikap
Hijrah kepada faham partai, (QS. 2 : 218),
terjadi penolakan pemahaman ini pada
Wali Al-Fattah. Yang akhirnya mereka terkena disilpin
partai. Selanjutnya kedua orang ini
mendirikan PARTII (Partai Islam Indonesia)
TAHUN 1934
Tanggal 17 Desember 1934 bertepatan
dengan Bulan Ramadhan, tokoh utama Bapak
Hos Cokroaminoto wafat pada usia 52
tahun.
IV.
PERGOLAKAN UMAT ISLAM (1934 - 1940)
Tahun 1934 Sepeninggalan ketua utama
PSII maka kepemimpinan jatuh pada adik
almarhum sendiri yaitu Abi Kusno
Cokrosuyoso dan wakil ketuanya adalah Bapak SM
Kartosuwiryo.
7
TAHUN 1936
PSII dengan pimpinan baru mengadakan
Kongres/ Majlis Tandhim ke 23, dimana
syuro’ PSII menetapkan dan menugaskan
Bapak SM Kartosuwiryo untuk menyusun brosur
Hijrah. Setelah tersusun sebanyak 2
jilid maka PSII menetapkan brosur tersebut sebagai
konsep partai namun akibatnya terjadi
pro dan kontra akan konsep partai yang baru. Karena
konsep tersebut jelas menggariskan
sikap non koopertif yang radikal.
Tanggal 28 November 1936 berdiri BPPSII
(Badan Penyadar PSII) yang dipelopori
oleh H Agus Salim dan Moh Room yang
menganggap konsep hijrah adalah suatu gila gilaan.
Masih tahun ini, SI cabang Padang juga
memisahkan diri dan menamakan diri PSII jangkar
Pimpinan H Umar Din. Melihat
kegoncangan sebagai reaksi dari konsep Hijrah, maka Abi
Kusno mengadakan pemantauan ulang
terhadap Konsep tersebut yang akhirnya dia
menyatakan pembatalan konsep hijrah
sebagai konsep partai. Namun Bapak SM
Kartosuwiryo berdiri di satu pihak
untuk tetap mempertahankan konsep hijrah yang sudah
jelas kebenarannya dan juga merupakan
kelanjutan dari ide almarhum Bapak Hos
Cokroaminoto. Karena gigihnya Bapak SM
Kartosuwiryo mempertahankan konsep ini
resikonya beliau terkena disiplin
partai. Pada hakekatnya Abi Kusnolah yang keluar dari PSII
karena ia telah menyeleweng dari azas
perjuangan yang ada dan selanjutnya Abi Kusno
membawa PSII ke arah parlementer
TAHUN 1937
Belanda memperalat NU dan Muhammadiyyah
untuk mengendalikan Partai Islam di
Indonesia dengan diselenggarakannya
Majelis Ulama Islam A’la Indonesia (MIAI). Dalam
prinsipnya mereka mengatakan non
politik. Partai ini diketuai oleh KH Abdul Wahid
Hasyim. Istilah ‘Ala yang dipakai
pada partai ini menunjukan sebagai yang
tertinggi/menaungi namun pada
kenyataannya adalah tidak demikian. Dapatlah kita mengkaji
ucapan KH Agus Salim ketua BPPSII
sebagai berikut :”untuk kita masih ngeri rasanya akan
termasuk dalam satu badan yang
menamakan dirinya Tertinggi/ ‘Ala, sedang kita masih
mengetahui diri kita meranggkak di
bawah ditegah-tengah rakyat yang sedikitpun tidak
mempunyai kekuasaan di daulah Agamanya.
Tidak berkuasa ataus Masjidnya, atas angkatan
iman dan umatnya, atas hukum nikah dan
hukum warisnya.
TAHUN 1938
Sukiman setelah dipecat dari PSII
sempat masuk kembali dengan syarat membubarkan
PARTII, namun pada tanggal 4 Desember
1938 kembali dikeluarkan kemudian Sukiman
mendirikan Partai Islam Indonesia (PII)
dan diangkatlah Raden Wiwoho sebagai ketuanya (ex
ketua Jong Islamiten Bond). Raden
Wiwoho diangkat ketua karena namanya masih bersih
dari persengketaan dan pernah di
Volskraad menjadikan bertaraf nasional walaupun usianya
masih reltif muda.
TAHUN 1939
Lahir sebuah Federasi yang bernama
GAPPI (Gabungan Partaip-Partai Politik
Indonesia), anggotanya antara lain :
PSII parlementer
(Abi Kusno)
Parindra
(Sukarjo W)
Gerindo
(Mr. Amir Syarifuddin)
Pasundan
(Atik Suardi)
Partai Khatholik
(Kasimo)
PII
(Sukiman)
Dr Suiman memimpin GAPPI dengan
topiknya ”menuntut Indonesia berparlementer”.
Karena Volskraad selaku Dewan Rakyat
terlalu banyak menguntungkan Belanda. Melihat
demikian Bapak SM Kartosuwiryo setelah
mengadakan konsolidasi dengan orang-orang PSII
8
yang masih mau konsekwen mendirikan
Komite Pertahanan Kebenaran PSII (KPK-PSII).
V.
EMBRIO DAULAH ISLAMIYYAH (Tahun 1940 -
1945)
MARET 1940
Dalam rangka merealisasikan itikad
sucinya Bapak SM Kartosuwiryo hijrah ke
Malangbong (kampung istrinya) dan
disana mendirikan institut SUFFAH. Dari sinilah mulai
terbentuk embrio Daulah Islamiyyah.
Islam menjadi kenyataan menjadi syari’at yang tegak
secara utuh dan murni walaupun dalam
skala yang terbatas.
TAHUN 1940
MIAI & GAPPI tergabung dalam suatu
proyek yang bernama Kongres Rakyat
Indonesia (KORINDO) yang programnya :
Mempercepat proses Indonesia
berparlemen.
Menuntut perubahan ketatanegaraan di
Indonesia menuju berpemerintahan sendiri yang
Nasionalistis.
Kongres ini di laksanakan di
Yogyakarta.
TAHUN 1942
Perang Dunia ke-II dimana Rusia dan
Jepang meraih kemenangan. Adapun untuk Asia
umumnya dikuasai oleh Jepang termasuk
juga Indonesia di dalam menjadi wilayah Jepang.
Tanggal 8 Maret 1942 Jepang setelah
berkuasa membubarkan (MIAI dan GAPPI), masing-
masing anggota kembali ke induknya
semula.
NOVEMBER 1943
Atas restu Jepang berdirilah MASYUMI
(Majelis Syuro Muslimin Indonesia), maka
diangkatlah ketuanya M Natsir. Partai
ini sebagai jelmaan MIAI (Belanda) yang telah
dibekukan dan berdirinya pun adalah
hasil rengekan orang-orang partai Islam kepada thogut
Jepang. Dari sini dibentuk barisan
militernya bernama “Hisbullah” dengan ketuanya Isa
Ansyori.
Pembentukan Hisbulloh ini adalah
rekayasa Jepang dalam rangka “Man Power” untuk
menghadapi pasukan sekutu yang akan
menyerang, namun Allah menghendaki lain, justru hal
ini menguntungkan bangsa Indonesia
sendiri, khususnya Umat Islam yang menjadi kenal
betul akan penggunaan senjata.
TAHUN 1944
Siswa Suffah ikut aktif latihan militer
Hisbulloh sebagai situasi pemanfaatan
situasi.Begitu pula Bapak SM
Kartosuwiryo berperan di MASYUMI daerah dan sewaktu
akan ditarik ke pusat beliau menolak
lantaran tergambar bagaimana keterjeratan dan rencana
Jepang yang jelas hendak memanfaatkan
Bangsa Indonesia.
Semakin hari semakin nampak rencana
Jepang , maka Bapak SM Kartosuwiryo kerap
memberikan kepada tokoh-tokoh MASYUMI,
namun nampaknya mereka semakin betah
dengan jabatan.
TAHUN 1945
Bapak SM Kartosuwiryo memisahkan diri
dari MASYUMI Natsir, otomatis terlahir
dua kubu MASYUMI, maka Bapak SM
Kartosuwiryo pun membentuk barisan-barisan
tersendiri yang bernama Barisan
Sabilillah. Adapun sebab memisahkan diri ini karena
kelalaian diri M. Natsir cs sudah tak
dapat diperingatkan lagi. Apalagi janji Jepang muluk dan
memberikan peluang sedikit kepada
Bangsa Indonesia, yaitu membentuk BPUPKI (Badan
Peneliti Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Partai-partai semuanya berebut ambil
bagian dari kursi-kursi yang sengaja
disediakan, tak terlewat tokoh-tokoh MASYUMI pun
ikut berbagi diri. Tnjauan AL-QUR’AN
QS. 4 : 140 ; 5 : 80 ; 3 : 28 ; 42 : 218.
9
“Dan sesungguhnya Allah telah
menurunkan kepada kamu didalam AL-QUR’AN bahwa
apabila kamu mendengar Ayat-Ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir) maka janganlah kamu duduk
beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan
yang lain, karena sesungguhnya (kalau
kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang -orang kafir didalam jahanam”
“Kamu lihat kebanyakan dari mereka
tolong menolong dengan orang-orang yang kafir
(musyrik) Sesungguhnya amat buruklah
apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada mereka; dan
mereka akan kekal dalam siksaan”.
“Janganlah orang-orang Mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang Mukmin. Barang
siapa berbuat demikian niscaya ia lepaslah ia
dari pertolongan Allah. Kecuali karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti
dari mereka (dan Allah memperingatkan
kamu terhadap siksanya) dan hanya kepada Allah
kembali (mu)”.
“Dan janganlah kamu campur adukan
yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu sedang kamu
mengetahui”.
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di
jalan Allah, mereka itu mengharapkan
rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
BPUPKI beranggotakan 62 orang, berbagai
aliran ada di sana baik Nasionalis, solialis-
Komunis maupun Islam sendiri. Didalam
pembentukan Dasar Negara terjadi pertentangan
yang sengit, maka diambilah cara
pemungutan suara (Vooting) hasilnya yaitu memilih Dasar
Negara, cuma 15 suara dan selebihnya
menginginkan Dasar Negara Nasionalis.
JUNI 1945
Disepakati Dasar Negara sebagi titik
temu berbagai faham yang dijadikan sebagai
pandangan hidup umat manusia di
Indonesia yaitu Pancasila. Menurut Sukarno Pancasila
adalah buah pikiran Dr. Sun Yat Sen
dalam bukunya “The three People Principle” dioplos
dengan buah pikiran Adolf Bors tentang
sosialisme. Pada rumusan tersebut tidak disinggung
akan peran Islam dalam rumusan
Pancasila. Pihak militer atau lasykar Muslim yang merintis
dan mendominasi perjuangan di Indonesia
tidak menerima keputusan ini, maka diambil
beberapa orang dari BPUPKI untuk
membentuk kepanitiaan juga dengan mengadakan
musyawarah dengan para lasykar Muslim.
Panitia kecil ini berjumlah 9 orang mereka terkenal
dengan Panitia 9 yang anggotanya sbb :
Abikusno
Sukarno
Wahid Hasyim
Agus Salim
Ahmad Subarjo
Bung Hatta
Maramis
Abdul Kahar Muzakir
M. Yamin
Hasil pertemuan ini menghasilkan
“Piagam Jakarta” (Jakarta Charter), yang ditanda
tangani tanggal 2 Juni 1945. Dengan
Piagam ini umat Islam pada umumnya merasa puas
10
dengan perubahan pada point pertama
dari Pancasila, yaitu dari kata “Berketuhanan” menjadi
“Ketuhanan dengan menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dianggap
sebagai konstitusi Dasar akan
berlakunya hukum Islam di Indonesia secara mutlak memegang
peran yang utama dan terutama, walaupun
pada kenyataannya berbicara lain. Betapa besar
peranan kesembilan panitia ini mampu
menenangkan dan mendiamkan suasana Umat Islam,
namun dikemudian hari semua akan
merasakan akibatnya . Tinjauan AL-QUR’AN QS. 6 :
123 dan QS. 27 : 48.
“Dan demikianlah Kami adakan dalam
tiap-tiap negeri penjahat yang terbesar agar
mereka melakukan tipu daya dalam negeri
itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan
dirinya sendiri, sedang mereka tidak
menyadari”.
“Dan adalah di kota itu sembilan
orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka
bumi, dan mereka tidak membuat
kebaikan”.
AGUSTUS 1945
Jepang takluk pada sekutu otomatis di
Indonesia dalam keadaan vaccum dari
kekuasaan, maka hal tersebut
dipergunakan oleh Bapak SM Kartosuwiryo dan para
pendukungnya untuk memproklamasikan
Kemerdekaan Negara Islam Indonesia.Proklamasi
ini hanya baru di lingkungan sendiri.
AGUSTUS 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia
tersiar lewat radio sampai ke luar negeri. Dengan
adanya proklamasi tersebut maka Bapak
SM Kartosuwiryo menarik kembali Proklamasi
Negara Islam Indonesia (NII) nya dan
menyatakan mendukung Proklamasi kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Adapun dukungan ini diberikan mengingat bahwa
Sukarno adalah saudara seperjuangan
semasa muda dibawah naungan Bapak HOS
Cokroaminoto dan bercita-cita
mewujudkan satu tujuan yang sama merealisasikan cetusan
Pan Islamisme tahap pertama yaitu
“Kemerdekaan Indonesia”. Namun sikap ini bukan berarti
pula Bapak SM Kartosuwiryo mendukung
Nasionalisme dan Komunismenya yang waktu itu
masih menyembunyikan dirinya. Jadi
Bapak SM Kartosuwiryo tidak menghendaki
pertentangan dan perpecahan antara
bangsa pada umumnya. Khususnya antar Umat Islam
lantaran dua Proklamasi yang sama :
yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Adapun
masalah azas yang berbeda adalah
sesuatu yang akan ditentuan kemudian.
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
dapatlah dikatakan atau distatuskan sebagai satu
kenyataan lahirnya “Kiblat Baitul
Maqdis” bagi Umat Islam.
VI.
MASA DEFENSIF UMAT ISLAM (1945 - 1947)
18 AGUSTUS 1945
PPPKI (Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia)
bersidang dengan keputusan :
Menetapkan UU RI
Mengangkat Ir. Sukarno dan Drs. M Hatta
sebagai Presiden dan Wapres
Pembentukan Kabinet Pertama yang
bernama Kabinet Presidentil
Pada hari / tanggal ini juga wakil dari
Indionesia bagian Timur Mr. Syam Ratulangi
datang ke Jakarta untuk mengusulkan
penghapusan Piagam Jakatra. Mengingat Umat Bangsa
Bagian Timur mayoritas beragana Kristen
yang jika usulannya tidak dikabulkan akan
memisahkan diri dari RI. Maka pada
waktu itu pun Sukarno lebih menampakkan
kecongkakannya untuk menghapuskan
Piagam Jakarta dan mengembalikannya kepada
Pancasila. Namun benar-benar caranya
sangat halus, Diawali dengan berpidato dihadapan
11
sidang yang diiringi dengan derai air
mata buaya, Sukarno memaparkan kerisauannya dan
kesedihannya bilamana Bangsa Indonesia
terpecah persatuan dan kesatuannya hanya lantaran
perbedaan Agama, sementara kemerdekaan
Indonesia baru pertama kali dikumandangkan.
Ampuh sekali hasilnya dimana perwakilan
dari Islam pun menjadi sangat lunak terlebih
setelah Sukarno mengajak bicara secara
pribadi dengan Wahid Hasyim yang setuju akan
penghapusan Piagam Jakarta, maka
resmilah penghapusan Piagan Jakarta dengan perubahan
pada poin pertama “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam sebagai
pemeluk-pemeluknya” dirubah menjadi
Ketuhanan yang Maha Esa.
Ini berarti pencoretan Islam dipanggung
politik Indonesia yang akan berakibat
kemudian tercabutnya Islam hingga ke
akar-akarnya dari peredaran bumi Indonesia. Adapun
Undang-undangnya adalah mentransfer
dari UUD Belanda yang didominasi kaum Gereja dan
Sekuler.
9 SEPTEMBER 1945
Belanda membonceng pada Sekutu waktu
akan mengadakan pelucutan senjata Jepang
kembali datang ke Indonesia yang
sebenarnya akan menancapkan bendera lagi untuk
menjajah bumi Pertiwi.
15 OKTOBER 1945
Tentara Inggris masuk ke Indonesia
dibawah pimpinan Jendral Howtorn
1 NOVEMBER 1945
Presiden dan Wapres serta Mentri Amir
Syarifuddin terbang ke Surabaya atas
undangan Jendral Howtorn yang
memerintahkan Cease Fire.
7 NOVEMBER 1945
Berdiri MASYUMI Baru, kelahirannya
setelah dikeluarkan Dekrit Hatta tentang
kebebasan untuk berdirinya
Partai-partai politik. Partai ini menjadi partai terbesar di samping
Partai Nasionalis serta Sosialis.
Mengingat betapa pentingnya wadah bagi Umat Islam
Indonesia yang pada awalnya sebagai
penggerak kesadaran merdeka, sebagaimana
MASYUMI yang lalu, MASYUMI barupun
memiliki pasukan militer yang bernama
Hisbulloh dan Sabilillah. Pasukan ini
berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama BKR /
TKR / TNI beserta yang lainnya. Partai
Masyumi terkenal paling keras menentang segala
macam bentuk kompromi dengan penjajah.
Pada tahun ini juga Kabinet berubah dari
Presidentil Kabinet menjadi Parlementer
Kabinet. Dibawah kepemimpinan Sjahrir.
10 NOVEMBER 1945
Pertempuran di Surabaya TNI melawan
Belanda adalah pertempuran yang sama-sama
bathal, yang menentukan kemenangan
ialah kekuatan fisik dan kesempurnaan sarana fasilitas.
Maka pertempuran inipun Belandalah yang
mendapat kemenangan, dikarenakan banyaknya
korban maka hari atau tanggal ini
dijadikan sebagi hari Pahlawan. Dalam kurun waktu 2 tahun
serangan Belanda telah menciutkan
wilayah RI menjadi Jawa dan Sumatra.
3 JULI 1945
Coup d’etat Komunis Tan Malaka
bernamakan “persatuan Perjuangan” tapi gagal.
10 - 12 JULI 1945
Konfrensi Malino oleh Van Mook dalam
persiapan pembentukan Pemerintahan
Federal Belanda untuk daerah-daerah
Malino.
18 - 24 DESEMBER 1945
Konferensi Denpasar kelanjutan
Konferensi Malino untuk pembentukan Negara
12
Indonesia Timur, diangkat sebagai
Presidennya Sukawati dan Perdana Menterinya
Najamuddin Daeng Malewa.
VII.
MASA AKTIF UMAT ISLAM (TAHUN 1947 -
1949)
MARET 1947
Karena RI terus terdesak maka masuklah
ke dalam Perjanjian Linggar Jati, yang mana
RI menandatangani persetujuan tersebut
yang intinya menyatakan bahwa keberadaan wilayah
RI hanya tinggal Jawa dan Sumatra.
Hal ini membuktikan akan hal
pengkhianatan Sukarno terhadap Amanat Rakyat yang
telah dipercayakan kepadanya. Dengan
Sukarno menyerahkan begitu saja kepada Belanda
akan rakyatnya untuk dijajah.
Maka Bapak SM Kartosuwiryo menstempel
Sukarno sebagai pengecut, tak
mengacuhkan penderitaaan rakyat dan
meremehkan para lasykar/para gerilyawan yang terus
berjuang dan siap mati untuk membela
kemerdekaan menghadapi penjajah Belanda
diberbagai daerah. Sebagai sikap yang
diambil oleh Bapak SM Kartosuwiryo, beliau
mengeluarkan manifesto politik dalam
menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi
kemudian dengan dibentuknya :
MUI (Majelis Umat Islam) di Tasik
(Sindangkasih perbatasan antara Tasik dan Ciamis)
DPUI (Dewan Pertahanan Umat Islam) di
Garut.
3 JULI 1947
Dibentuk Kabinet Amir Sjarifuddin yang
mengakibatkan semakin melemah pihak RI sendiri
21 JULI - 14 AGUSTUS 1945
Belanda melakukan Aksi Polisional yang
mengakibatkan semakin terdesaknya wilayah RI.
17 JANUARI 1948
RI masuk pada Perjanjian Renville,
dengan keputusan bahwa wilayah RI cuma tinggal
Yogyakarta dan 8 Karesidenan yang
rata-rata minus dan kurang penduduk serta tanpa
pelabuhan. Pengurangan wilayah RI dan
penarikan TNI ke Yogya sebagai usaha-usaha
Belanda dalam rangka persiapan
pembentukan RIS dan UNI - BELANDA.
Setelah Perjanjian Renville ini Belanda
membentuk Negara-negara Boneka antara lain :
Negara Pasundan, Negara Jatim, NTT
dll., yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst voor
Federal Overlag)
7 - 10 FEBRUARI 1948
Berhubung peristiwa pahit akibat
Perjanjian Renville, dengan rasa sedih prihatin tapi
penuh tanggung jawab atas nasib rakyat
dan Umat Islam serta nasib kemerdekaan Indonesia,
maka atas inisiatif MASYUMI Priangan
dilangsungkan Musyawarah Umat Islam di
Kampung Pangrumusan, Ciloneng Desa
Gunung Cupu dengan jumlah hadirin yang tidak
kurang dari 1000 orang. Kehadiran
anggota Konferensi dalam jumlah besar ini
diselenggarakan atas Kodrat Alloh
Ta’ala dan upaya KH Masduki dkk yang telah membina
dan menata masyarakat serta
lingkungannya secara utuh hingga dua desa di Gunung Cupu
dapat dikuasai. Maka lokasi tesebut
dijadikan tempat strategis bagi Konferensi yang digelar
dalam sebuah aula besar. Konferensi
dipimpin oleh Pak Kamran dan dihadiri oleh perwakilan
parpol dan ormas seperti :
PSII (Parlementer) (Pak Oni)
Ormas (Hasan Toha)
NU
Persis
13
Muhammadiyah
dll
Juga dari luar Jawa ada yang ikut hadir
serta datang juga keturunan Arab bernama
Abdullah Barabas, Khabarnya hadirin
diatas adalah rata-rata Ulama besar dan pemuka-
pemuka masyarakat, kebanyakan hadir
sambil membawa kitab-kitab Islam, ada yang sampai
dua pikulan. Hal ini menunjukan betapa
penting yang digelar karena akan menentukan
sejarah Islam dan nasib Umat Islam pada
masa yang akan datang.
Hasil keputusan Kongres antara lain
adalah :
Mendirikan Majelis Islam (MI)
Bentuk partai diubah menjadi Negara
Membentuk MASYUMI Jabar
Pembentukan Tentara Islam Indonesia :
BKN (Badan Keamanan Negara)
PII (Polisi Islam Indonesia)
PADI (Pahlawan DI / Lasykar Cadangan
BKN)
Panglima Perangnya diangkat Bapak R.
Oni Qital
Membentuk organisasi Militer Tentara
Islam Indonesia dari regu
sampai resimen
Resimen yang terbentuk bernama Resimen
Sunan Rahmat dengan 4
Bataliyon
Batalion yang dipimpin oleh Agus
Abdullah, meliputi Indramayu,
Sukunsari
Batalion yang dipimpin H Abidin,
meliputi Wanaraja - Garut
Batalion yang dipimpin Nur Lubis
Batalion yang dipimpin oleh Adah
Jaelani
De Facto yang sementara :
Desa Cikoneng dipegang oleh KH Masduki
Desa Cihaur dipegang oleh Kyai Jajuli
Desa Panumbangan
Perlunya terangkat seorang Imam.
Untuk hal ini tak ada yang siap dan
apalagi menyiapkan diri sebagai Imam, maka
ditempuhlah pengangkatan Imam ini
dengan : 1). Istikharah ; 2). Musyawarah.
Cara pertama ditempuh, semua yang hadir
dalam Konferensi ini melakukan istikharah
dalam dua tahap. Pada tahap pertama
sebagian dari seluruh jumlah yang melakukan
shalat melihat Bapak SM Kartosuwiryo
dalam mimpi berpakaian adat Jawa. Hal ini
anggota memandang perlu adanya suatu
selacta ......... (seleksi) Apakah calon Imam
ini direstui Allah atau tidak, karena
nantinya akan memegang amanat sebagai Khalifah
(Wakil Allah). Maka dilakukan tahap
kedua melakukan kembali Istikrarah 3 sampai 7
hari. Hasilnya sebagian besar adalah
melihat dalam mimpinya tulisan arab dengan
kalimat Indonesia “Minal Mukhlasiin”
artinya adalah “Dari orang-orang yang ikhlas”.
Ini suatu peristiwa akbar, nampak
kebesaran Allah di muka bumi ini, keputusan dan
pelantikan Imam di laksanakan kemudian
pada Bulan Maret.
Beberapa saat kemudian, dikirimlah
beberapa utusan Imam dibawah pimpinan Sdr.
Nanggadisura ke Ibukota Yogyakarta
dengan tujuan menyampaikan surat-surat Imam kepada
Presiden Sukarno / Pemerintah RI dan
Pemimpin-pemimpin Islam disana untuk
mempermaklumkan keputusan-keputusan
tersebut. Berita Jawa seberah Barat mendapat
sambutan baik dan direstui Pemerintah
dan rakyat RI disana. Sejalan dengan itu dikirimkan
pula beberapa orang utusan ke Sidang
BKMI (juga di Yogya) yang berlangsung antara
tanggal 26 akhir November 1948.
Kemudian oleh sidang tersebut keputusan-keputusan Umat
14
Islam Jawa sebelah Barat itupun
diterima dan diakui secara aklamasi. Dengan ini jelas dan
tegas, bahwa keputusan-keputusan Umat
Islam tertanggal 10 Pebruari 1948 itu merupakan
keputusan seluruh Umat Islam Bangsa
Indonesia. Disini salah seorang tokoh utama Masyumi
yang bernama M. Natsir pernah diajak
gerilya oleh seorang tokoh Negara Islam Indonesia
(NII), namun menolak dengan alasan
bahwa dia tidak sanggup berjuang dengan cara gerilya
dan kemudian memutuskan untuk Hijrah ke
Yogya. Namun dia menjanjikan tetap komitmen
kepada Negara Islam Indonesia, walaupun
berada di daerah RI. Maka oleh Negara Islam
Indonesia (NII) ditugaskan untuk
berperan sebagai Abbas-nya Rasulullah SAW (informan).
Setelah di Yogyapun M.Natsir memenuhi
tugasnya, dimana lahirnya keputusan diatas
diterimanya pula sebagai keputusan
seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Dari keahliannya
berpolitiknya maka dipanggung Indonesia
politik Negara Islam Indonesia (NII) menjadi kuat
17 FEBRUARI 1948
Agresi Belanda pertama mengadakan
pembersihan daerah kekuasaannya di Jawa sejak
dari Timur menuju ke Barat ; namun
sesampainya pasukan Belanda di Jawa Barat tepatnya di
Gunung Cupu bentrok dengan pasukan
Tentara Islam Indonesia (TII). Kasusnya berawal dari
pengkhianatan Abdullah Barabas, padahal
dia adalah teman dekat Pak Oni, dimana Abdullah
Barabas merasa tidak setuju dengan
lahirnya Majelis Islam (MI). Waktu Shubuh ia
meninggalkan Majelis pada waktu
Konferensi. Namun dalam perjalanan ia tertangkap
Belanda. Maka terbongkarlah keputusan
yang telah lahir. Tidak lama kemudian pada tanggal
16 Pebruari 1948 pukul 16.00, Belanda
menyerang Markas Tentara Islam Indonesia (TII)
selama dua jam dengan meluncurkan
kurang lebih 2000 roket berbobot antara 25 - 30 Kg,
dengan kejadian ini Tentara Islam
Indonesia mengumumkan perang.
TII
313 Jundullah
X
7 pucuk senjata api
Al - Haq
Belanda
Ribuan Jundusy -
Syaithon
Peralatan perang
lengkap
Al - Bathil
Yang menentukan kemenangan antara dua
pasukan Haq dan Bathil adalah nilai
Aqidah dan Jihad, bukan oleh jumlah dan
materi, maka kemenangan ada di pihak TII. Setelah
memakan waktu 3 Bulan 3 hari
dikhabarkan pada pertempuran ini pihak TII tidak seorangpun
yang menjadi korban atau gugur di medan
perang. Barangkali kejadian itu belum adanya
pembai’atan yang kongkret sebagai
ikatan yang jelas, sehingga lahirnya syuhada (mati
syahid) yang harus di saksikan dan
dipertanggung jawabkan sebagai seorang Mujahid.
Adapun dengan kemenangan ini TII dapat
merampas 10 pucuk senjata, dengan demikian
perlengkapan TII bertambah menjadi 17
pucuk senjata
1 - 2 MARET 1948
Konferensi di Cipeundeuy Kec.
Bantarujeg Kab. Cirebon yang dihadiri Bapak SM
Kartosuwiryo, Pak Kamran, Pak R Oni
Qital, KH Ghojali Tusi, Sanusi Partawijaya, Toha
Arsyad dan lain-lain. Kesimpulan isi
Konferensi adalah :
Program politik Umat Islam
Rencana ketentraman Umat Islam
Indonesia mengenai keorganisasian dan usaha
Kesatuan Pimpinan (lampiran I)
Maka pada Konferensi ini terangkatlah
Resmi Imam Negara Islam Indonesia (NII) yaitu :
Bapak SM Kartosuwiryo
APRIL 1948
Imam Bapak SM Kartosuwiryo melawat ke
front dan mengadakan pertemuan hingga
15
terselenggara dialog para ulama dengan
Imam Bapak SM Kartosuwiryo sebagai bahan-bahan
untuk penyusunan Konstitusi Negara
Islam Indonesia (NII) yang bernama Kanun Azasi.
1 - 5 MEI 1948
Konferensi di Cijoho Kec. Bantar Ujeg -
Majalengka merupakan Sidang Kabinet
(Dewan Imamah). Dalam Konferensi ini
dibicarakan hal pembenahan termasuk pemberlakuan
Bai’at bagi TII yang sekarang dan
akan datang (lampiran 2)
1 JUNI 1948
Belanda menggugat Perjanjian Renville
kepada RI, maka Jendral Sudirman mengirim
kurir kepada Bapak SM Kartosuwiryo
untuk diajak ta’at kepada Pemerintah RI, menyerah
kepada pihak Belanda sebagai mana
perjanjian. Bapak SM Kartosuwiryo balik bertausiah
kepada Jendral Sudirman dan berhasil,
dimana Jendral Sudirman menyatakan rasa simpatik
akan perjuangan gerilya Bapak SM
Kartosuwiryo dan mendukung dengan dikirimnya
persenjataan ke Jawa Barat.
JUNI 1948
Kembali terjadi pertempuran ke-II
TII
4000 Prajurit Jundullah
Belanda
X
14000 Prajurit Jundusy
- Syaithon
Berlangsung selama enam bulan di
seluruh Jawa Barat dengan pusatnya : Garut ; Ciamis ;
Tasikmalaya. Kembali kemenangan diraih
oleh pihak TII dengan seijin Allah dengan gilang-
gemilang. Dikhabarkan pada pertempuran
ini banyak syahid (QS. 3:13)
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu
pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur)
segolongan berperang di jalan Allah dan
segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala
melihat seakan-akan orang Muslimin dua
kali sebanyak mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan siapa yang dikehendakinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai penglihatan hati”.
TANGGAL 27 AGUSTUS 1948
Undang-undang Dasar atau Kanun Azasi
NII di resmikan (lampiran 3) Bapak SM
Kartosuwiryo mempunyai gagasan untuk
berusaha tidak untuk mendirikan Negara Islam
Indonesia tetapi juga mengusahakan
“Perserikatan Negara-negara Islam seluruh Dunia”,
melalui fase perjuangan. (lampiran 4).
TANGGAL 18 SEPTEMBER 1948
Pemberontakan PKI di Madiun Hal ini pun
sebagai dampak dari Perjanjian Renville
dimana Muso sewaktu datang dari
ChekoSlovakia mendapatkan negara tidak karuan karena
perjanjian yang dilaksanakan dipandang
sebagai penjualan Negara dari Sukarno dkk. kepada
imperialis demi kepentingan pribadi.
Hingga terjadilah pemberontakan. Selain oleh orang-
orang Muso sendiri juga di dukung oleh
kaum sosialis Pimpinan Amir Syarifuddin, yaitu
Front Demokrasi Rakyat (FDR).
Pemberontakan ini berakhir pada bulan Desember. Pada
Bulan Oktober 1948 masa penataan
struktur NII dan pada tanggal 6 Oktober terbentuk Dewan
Imamah.
AWAL DESEMBER 1948
Pasukan Belanda mengalami kekalahan
total beberapa kali melawan kekuatan yang
sebenarnya jauh lebih kecil baik
personil maupun persenjataan, maka hal ini merupakan
sesuatu hal yang memalukan sehingga
Jendral yang terutus dari Belanda yang bernama
16
Jendral Scoor melakukan bunuh diri, hal
ini sangat membangkitkan kemarahan Belanda.
18 DESEMBER 1948
Agresi Belanda ke II
Belanda langsung menyerang Yogya dan
memporak-porandakan dengan alasan RI
telah melanggar perjanjian Renville,
yaitu dengan adanya pengiriman senjata ke Jawa Barat
dari Jendral Sudirman. Ditengah-tengah
RI sedang memulihkan kondisi dan sedang menyusun
strategi, mendapat serangan mendadak
dari Belanda yang membuat kecut TNI dan mereka
kocar-kacir, sebetulnya TNI tidaklah
sepengecut itu karena setidaknya anggota TNI mayoritas
orang-orang masih terjiwai oleh ruh-ruh
Islam yang patriotisme tidak disangsikan, tetapi hal
ini diakibatkan oleh kepengecutan
Sukarno, dimana TNI dengan pepemimpinan Jendral
Sudirman dengan pihak Pemerintah
Sukarno telah mengadakan semacam perjanjian dengan
pihak militer untuk siap meneteskan
darah yang penghabisan dalam membela Pemerintah.
Ditengah-tengah bergeloranya perang tak
tahunya tiba-tiba berkibarnya Bendera putih dari
gedung tempat Pemerintaah pengertian RI
menyerah. Sukarno bertekuk lutut kepada pihak
Belanda tanpa kompromi dengan Jendral
Sudirman.
Betapa kecewanya Jendral Sudirman;
beliaupun akhirnya melarikan diri ke hutan
disertai oleh pengikutnya yang setia
kepada beliau untuk tidak sepengecut itu menyerah
kepada imperealisme. Tidak seperti
Sukarno, Hatta, Ketua KNIP menteri Luar Negeri dan
lainnya diborgol dan ditawan. Ada juga
pasukan yang lari tanpa mengikuti Jendral Sudirman
tetapi kembali ke Jawa Barat, yaitu
sebahagian besar pasukan Siliwangi yang sampai di
perbatasan Ciamis dihadang oleh Tentara
Islam Indonesia (TII) dengan 3 alternatif:
1. Bergabung dengan Tentara Islam
Indonesia (TII) yang pengakuan resminya sebagai
Mujahid setelah mengikuti 3 kali
peperangan.
2. Kembali menjadi rakyat berarti
dilucuti senjatanya.
3. Bila tidak memilih poin satu dan dua
maka statusnya adalah tentara liar yang
mengacaukan keamanan
Pada kebanyakan pasukan Siliwangi tidak
mau bergabung dengan Tentara Islam
Indonesia (TII) malah mereka sakit hati
oleh Negara Islam Indonesia (NII) yang telah
menjadikan mereka seperti itu katanya.
Tentara inilah yang merasa senang
mengadakan-kerusuhan dengan membakar rumah-rumah,
membunuh para Ulama yang pro terhadap
Negara Islam Indonesia (NII), merampok,
memperkosa dll; sambil mereka sering
menyatakan dirinya sebagai anggota Tentara Islam
Indonesia (TII).
Dengan bubarnya Yogya tamatlah sudah
riwayat pemerintahan Sukarno-Hatta dan anak-anak
buahnya berkeliaran menjadi para
pembangkang, kafirin yang nifaq
21 Desember 1948
Bapak Imam Kartosuwiryo mengeluarkan
pernyataan sehubungan situasi dan kondisi
yang ada dalam Maklumat No. 6 angka
6-10 (PDB) sebagai berikut:
1. Kepada saudara-saudara dan handai
taulan daripada bangsa Indonesia yang masih
mengalir darah republikenein dalam
tubuhnya dan masih berjiwa perjuangan:
ketahuilah bahwa perjuangan yang kami
usahakan hingga berdirinya Negara Islam
Indonesia itu adalah
kelanjutanperjuangan kemerdekaan dan mengingat proklamasi 17
Agustus 1945 ....., sekarang sudah tiba
saatnya segenap bangsa Indonesia yang
mengaku. “Cintakemerdekaan, Cinta
bangsa , cinta tanah air, cinta agama
menanggung wajib suci, melakukan
perlawanan sekuat mungkin terhadap Belanda.
Ketahuilah pula! bahwa tiada suatu
kemerdekaan yang dapat direbut hanya dengan
goyang-goyang dua kaki atas kursi
belaka. kemerdekaan kita, kemerdekaan negara,
kemerdekaan agama harus dan wajib
direbut kembali dengan darah!
17
2. Untuk kepentingan perjuangan dan
berhasilnya maksud dan terlaksananya cita-cita
kita, maka perlu dan wajib adanya.
kesatuan komando, kesatuan pimpinan selain dari
pada kesatuan komando itu akan
menimbulkan buah hasil yang efektif juga akan
menggagalkan politik “devide et
impera” yang selalu dilakukan oleh si durjana. Untuk
kepentingan ini yang dalam anggapan
kita menjadi kepentingan agama, negara dan
umat, maka kami kami pimpinan negara
Islam Indonesia memberanikan dan
menyangupi diri untuk melakukan wajib
memgang kesatuan komando perjuangan itu.
bagi mempermudah dan mempersatukan
jalannya perjuangan umat bangsa Indonesia
di daerah Republik dan Jawa tengah,
maka kami beri tugas kepada pimpinan-pimpinan
yang bertanggung-jawab, untuk melakukan
wajib suci itu.
3. Adapun wakil mutlak dari negara
islam indonesia, yang kami serahi untuk memimpin
perjuangan umat islam bangsa indonesia
di daerah tersebut dalam alinea 7 menuju ke
darul islam dan darussalam, ialah
saudara anwar cokroaminoto, yang memang sudah
sejak lama menjadi wakil negara islam
indonesia di daerah republik.
4. hai pemimpin-pemimpin islam dan umat
islam seluruhnya ! anggaplah serbuan
belanda dan jatuhnya pemerintahan
republik sukarno-hatta sebagai karunia allah yang
karena itu terbukalah kiranya lapangan
baru, lapangan jihad dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk menerima karunia
yang lebih besar lagi daripada “azza wa jalla
ialah lahirnya negara islam indonesia
yang merdeka, terimalah karunia allah itu
walaupun agak pahit, ditelan sekalipun.
5. mudah-mudahan allah swt
menyertaiperjuangan kita menujju darul islam dan
darussalam itu dengan taufik dan
hidayahnya, dengan kekuatan dan pertolongannya,
terlaksana berdirinya kerajaan allah di
permukaan bumi indonesia !
22 Desember 1948
Lahir pdri (pemerintah darurat ri) di
sumatra oleh safrudin prawira negara. pdri
didirikan atas inisiatif dari safrudin
semata jadi bukanlah mandat dari sukarno baik secara
lisan maupun tulisan . namun hal ini
dijadikan sebagai fakta sejarah masih hidupnya RI oleh
para pendusta.
Loyalitas syafrudin yang sedemikian
besarnya namun pada akhirnya kandas pada kekecewaan
lantaran sukarno tanpa sepengetahuan
dan persetujuan pdri memberikan mandat kepada
muhammad hatta untuk berunding dengan
van royen dari pihak belanda. Perundingan ini
adalah suatu statemen karena mengingat
sukarno maupun pihaknya tetap berstatus tahanan
politik dan sama sekali sudah tak
memegang/memliki negara lagi. maka hal ini merupakan
rencana belanda akan memperalat sukarno
dan antek anteknya melawean islam NII yang jelas
belandapun memperhitungkan posisi NII
yang jauh lebih menguntungkan. Namun disisi lain
pun belanda mempunyai keuntungan
memiliki napi eksekutif.
23 Desember 1948
Lahir maklumat no 7 angka 11 halaman 11
PDB sebagai berikut:
“Bahwa sejak hari tanggal diumumkan
maklumat ini hanya dikenal 2 golongan yang
berperang ialah negara Islam Indonesia
(NII) dengan Belanda atau/dan Negara-negara yang
menjadi “boneka Belanda”) ......”
25 Januari 1948
Perang segitiga Antralina (Ciawi)
antara:
NII
TII
Belanda
Pasundan
RI
TNI
Negara Pasundan adalah buatan Belanda
dengan aparatur bangsa Indonesia sendiri.
Tentaranya selain orang pribumi juga
dibantu tentara kolonial. Adapun TNI disini maksudnya
18
Siliwangi yang datang kembali ke Jawa
Barat setelah melakukan Long March, sebenarnya
telah mendapat suaka dan diajak bersama
menghadapi Belanda oleh TII, maka pihak TNI
Siliwangi sebenarnya adalah pemberontak
sebagai mana dinyatakan dalam maklumat militer
No. 1 sbb:
Tentang: tentara liar gerombolan serta
golongan yang ada dijawabarat
MENGINGAT
1. Maklumat no. 7
2. Pelarian TNI Divisi Siliwangi ke
daerah Republik/Jawa Barat mulai pada waktu
daerah Republik diserbu oleh Belanda
(19-12-1948)
3. Perbuatan tentara liar tersebut (TNI
Divisi Siliwangi yang selanjutnya disebut tentara
liar) karena sifat, tabiat dan
perbuatannya memperkosa hak milik rakyat dan bertindak
selalu kejam dan keji sekali terhadap
rakyat terutama umat Islam;
4. Bahwa pada hari pertama Pihak NII
sudah cukup menunjukanperbuatan-perbuatan dan
sambutan-sambutan baik atas kedatangan
mereka itu;
5. Bahwa mereka itu tidak pandai
menghargai dirinya sendiri sebagai tamu melainkan
ingain menguasai daerah dan rakyat NII;
6. Bahwa rakyat NII dan tentaranya;
merasa wajib mencegah perbuatan-perbuatan munkar
itu
7. Bahwa mereka terus menerus melakukan
pelanggaran atas hak-hak negara kita
sehingga mereka melepaskan tembakan dan
menyerang TII;
8. Bahwa serangan mereka itu dianggap
sebagai permaklumanpermusuhan dari pihak
tentara liar atas negara kita.
Permakluman mana disambut dengan syukur kepada
AllahSWT sehingga terjadi pertempuran
yang sengit pada hari Selasa tanggal 15 Januari
1949/26 Maulud disuatu tempat termasuk
daerah: Tasikmalaya Barat.
Jadi pada waktu itu bisa dikatakan
bahwa suatu daerah terdapat 3 pemerintahan dengan
masing-masing aliansi: NII, Pasundan
dan Republik. Pada pertempuran inipun kemenangan
tetap ada dipihak TII/NII 7-5-49
Statemen (Perintah-perintah) Roem-Royen
antara lain:
1. Yogya diserahkan kepada RI
2. Presiden, wapres dan lain-lain harus
dikembalikan ke Yogyakarta
3. Bersedia mengikuti KMB dalam
pembentukan Negar Indonesia Serikat (NIS) atau RIS.
19 - 22 Juli 1949
Konfrensi RI - BFO di Yogya
membicarakan persiapan menghadapi Konfrensi Meja
Bundar KMB.
3 Agustus 1949
Terlaksananya konfrensi ulang di
Jakarta yang isinya adalah:
a. Perintah penghentian perang gerilya
oleh Presiden Sukarno
b. Delegasi RI yang dipimpin Hatta
berangkat ke Nederland
6 Agustus 1949
M. Hatta tiba di Nederland untuk
menghadiri KMB
23 Agustus
KMB di Den Haag dimulai
VIII. MASA KEJAYAAN ISLAM (1949 - 1950)
A. PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA
NII DAN KESINAMBUNGANNYA
19
7 Agustus 1949
Proklamasi NII dikumandangkan dibumi
Indonesia yang didahului oleh suatu uraian
singkat mengenai tugas dan kewajiban
pejuang umat Islam Indonesia; juga dilengkapi dengan
penjelasan yang terdiri 10 Pasal Teks
Proklamasi
PROKLAMASI
Berdirinya
NEGARA ISLAM INDONESIA
Bismillahirrohmanirrohiim
DENGAN NAMA ALLAH, JANG MAHA MURAH DAN
JANG MAHA ASIH
Asyhadu an laa ilaaha illa-Lllah Wa
asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah
Kami, Umat Islam Bangsa Indonesia,
MENJATAKAN :
BERDIRINJA
“NEGARA ISLAM INDONESIA”
Maka hukum jang berlaku atas Negara
Islam Indonesia, ialah :
HUKUM ISLAM
ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR !
ALLAHU AKBAR !
Atas Nama Umat Islam Bangsa Indonesia
IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA
S.M. KARTOSOEWIRJO
Madinah - Indonesia
12 Sjawal 1368 / 7 Agustus 1949.
10 Pasal penjelasan Proklamasi:
1. Alhamdulillah maka Allah telah
berkenan menganugrahkan kurnia-Nya Yang Maha Besar
atas Umat Islam Bangsa Indonesia ialah
Negara Karunia Allah, yang meliputi Seluruh
Indonesia.
2. Negara Karunia Allah itu adalah
Negara Islam Indonesia atau dengan kata lain AdDaulatul
Islamiyyah atau Darul Islam atau dengan
singkatan yang sering dipakai orang DI (ditulis
dan dikatakan “de - ie) selanjutnya
hanya dipakai satu istilah resmi yaitu NII.
3. Sejak bulan September 1945, pada
ketika turunnya Belanda ke /di Indonesia khusus ke/di
pulau Jawa atau sebulan kemudian
daripada proklamasi berdirinya Republik Indonesia
maka revolusi nasional yang mulai
menyala pada tanggal 17 Agustus 1945 itu merupakan
Perang sehingga sejak masa itu seluruh
Indonesia di dalam keadaan perang.
4. Negara Islam Indonesia tumbuh dimasa
perang ditengah-tengah revolusi nasional yang
akhir kemudiannya, setelah naskah
renville dan umat Islam Bangsa Indonesia bangun serta
bangkit melawan keganasan penjajahan
dan perbudakan yang dilakukan oleh Belanda,
beralih sifat dan wujudnya menjadi
Revolusi Islam atau Perang Suci
5. Insya Allah perang suci atau
revolusi Islam itu akan berjalan terus hingga:
Dengan diproklamasikan Daulah
Islamiyah, maka idharlah Al-Haq di muka bumi maka
20
jadilah proklamasi Agustus 1949 sebagai
kiblat kaum muslimin, berarti disini adanya
perubahan/pemindahan kiblat, dari
Masjidil Aqsha (proklamasi 17 Agustus 1945) kepada
kiblat Masjidil Haram (Proklamasi 7
Agustus 1949)
Sebagaimana tinjauan tinjauan Al-Qur’an
Surat 2:142-147
“Orang-orang yang kurang akalnya
diantara manusia akan berkata:”Apakah orang
memalingkan mereka (umat Isllam) dari
kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya ?”
Katakanlah:”Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang
menghendakinya ke jalan yang lurus”. (QS. 2: 142)
“Dan demikianlah kami telah
menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas
perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas perbuatan perbuatan
kamu. Dan kami tidak menjadikan kiblat yang
menjadikan kiblatmu (sekarang)
melainkan agar kami mengetahui supaya nyata siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sunggu (pemindahan kiblat) itu amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah; dan tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
(2/143)
“ Sesungguhnya kami sering melihat
mukamu menengadahkan ke langit, maka
sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Raab-Nya;
Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari
apa-apa yang mereka kerjakan” (2/144)
“Dan Sesungguhnya kamu mendatangkan
kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil)
semua ayat (keterangan). mereka tidak akan
mengikuti kiblatmu dan kamupun tidak
akan mengikuti kiblat mereka dan sebahagian
merekapun tidak akan mengikuti kiblat
sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti keinginan mereka setelah
datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk golongan orang-orang yang
dzalim” (2/145)
“Orang-orang (yahudi dan Nasrani)
yang telah kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka
mengenal anak-anak-nya sendiri. Dan sesungguhnya
sebagian diantara mereka menyembunyikan
kebenaran padahal mereka mengetahunya”
(2/146)
“Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu,
sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu” (2/147)
Dari pemindahan kiblat ini terjadi
reaksi, yang setia makin teguh kepada Rasul yang
pura-pura atau setengah-setengah
membelot dari Rasul, terutama Ahlul Kitab Kongkrit
kejadiannya pada masa awal berjalan
RIS.
30 Oktober 1949
Susunan Pemerintahan Negara dimasa
perang MKT No. I. Lampiran 1 dan 2
Memutuskan
I. Penetapan bentuk Komandemen
1. Susunan Pemerintahan Negara, politik
dan militer diubah dan diperbaharukan
demikian rupa sehingga mencapai bentuk,
sifat, organisasi dan usaha: Komandemen
2. Komandemen itu dibagi menjadi 5
tingkatan:
21
a. Komandemen Tertinggi; dulu Dewan
Imamah yang dipimpin oleh Imam
b. Komandemen Wilayah; dulu Divisi dan
Wilayah yang dipimpin oleh panglima
Divisi (bagian militer dan oleh
gubernur (bagian politik)
c. Komandemen daerah; dulu resimen dan
residen (Keresidenan yang dipimpin oleh
komandan resimen (bagian militer) dan
Residen (bag. politik)
d. Komandemen kabupaten; dulu batalion
dan kabupaten yang dipimpin oleh
Teritorial/batalyon (bag militer) dan
Bupati K1 dan K2 (bagian politik
e. Komandemen Kecamatan; dulu yang
dipimpin oleh Camat 1 dan 2 (bag politik
sedang militer tidak tentu; adakalanya
Komandan PADI di tempat tersebut yang
menjadi komandan pertempuran.
II. Tentang Tentara dan Ketentaraan
1. Didalam lingkungan Negara Islam
Indonesia hanya di bentuk 2 bentuk alat Negara
yang merupakan:
a. Tentara Islam Indonesia, ialah
tentara resmi dari Negara Islam Indonesia;
b. Polisi Islam Indonesia, polisi resmi
negara, selama Negara dalam keadaaan
perang (In staat Van Orloog)
2. Padi (Pahlawan Darul Islam) yang
sekarang berangsur-angsur telah merupakan
kesatuan-kesatuan tentara diubah sifat,
bentuk dan organisasinya menjadilah Tentara
Islam Indonesia.Sejak waktu itu, maka
hukum dan organisasi Tentara berlaku
sepenuhnya atas kesatuan-kesatuan itu.
3. BKN (Badan Keamanan Negara), beralih
sifat dan organisasinya menjadi polisi Islam
Indonesia
27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan atas Satelit
Belanda (Sukarno-Hatta) dari Pemerintah Belanda
dalam KMB dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Membentuk Negara Indonesia Serikat
(NIS/RIS)
2. Hukum yang berlaku adalah Hukum
kolonial Belanda
3. Hancurkan Negara Islam Indonesia dan
Tentara Islam Indonesia
4. Berkewajiban mengganti kerugian dana
yang diderita Belanda selama menghadapi
peperangan dengan Tentara Islam
Indonesia (TII).
(menurut suatu khabar jumlahnya kurang
lebih 6 juta Gulden)
Perlu diketahui bahwa RIS terdiri dari
16 negara bagian Boneka Belanda dan RI
sebagai pelaksana daripada statemen
Roem-Royen sehingga kedudukan RI hanyalah
merupakan negara Bagian RIS sekali-kali
bukan RI kesatuan sepanjang Proklamasi RI 17
Agustus 1945 dan Undang-Undang Dasar
1945 lagi. Beberapa saat berjalan timbulah
sengketa dalam RIS antara kaum unitaris
yang dipelopori RI dan pihak Federal yang
dipelopori Negara-negara boneka Belanda
yang keduanya merasa tangguh karena mempunyai
kekuatan dalam APRIS, yang satu TNI dan
yang lain tentara Federal.
Preventivnya Belanda memutuskan untuk
melebur semua negara bagian, maka RI dan
negara-negara bagian RIS tadi
dibubarkan kemudian dibentuk negara kesatuan dan diangkat
Sukarno sebagai presiden. Anggota DPR
RIS terdiri dari 2/3 BFO dan 1/3 RI. Disamping itu
65000 antek-antek Belanda dari KNIL dan
VB dimasukan kedalam tubuh angkatan perang
Negara kesatuan tersebut. Dari awal
hingga terbentuk Negara kesatuan, maka nampaklah
kerewelan dan keruwetan. Terbayang
kejadian-kejadian tersebut dan akibat-akibatnya yang
akan timbul dan mesti dihadapi, maka
sukarno segera meraih DN Aidit dengan sistem
komunisnya sehingga mulai saat itu
Negara Kesatuan sulapan RIS tadi praktis diseret menjadi
Nigara Indonesia Komunis (NIK) atau
(RIK) pada akhir nya ditahun 1965.
23 Januari 1950
Peristiwa APPRA
22
Tahun 50 awal
RIS mulai bekerja dengan menarik M.
Natsir sebagai PM pertama Indonesia.
Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra
Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh
Islam khususnya dan masyarakat umumnya,
maka dalam rangka menenangkan suasana juga
dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh
Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di
Parlemen RIS dalam menghadapi NII
mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik,
diperintahkan Natsir untuk berupaya
menundukan Imam SMK, maka diutuslan seorang ulama
besar, A Hasan, namun sekembalinya dari
berhadapan dengan Imam SMK, justru A Hasan
kalah hujjah malah taslim kepada NII
yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di
perkotaaan dengan menempatkan PERSIS
sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan,
sebagai akibat pada komitmen pada NII A
Hasan tidak berusia lamadari kejadian tersebut
beliau wafat ditembak seorang yang
tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al-
Fatah untuk berhujah menghadapi Imam
SMK akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga.
Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari
gunung mengatakan bahwa dialah yang menang
hujjah dan malah mengatakan bahwa
dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak
berpengaruh banyak. Disamping serangan
secara diplomatik Sukarno membuat barisan
infiltran, yaitu orang-orang yang
senantiasa tampil meyakinkan seperti seorang ulama namun
banyak melakukan hal-hal yang tidak
senonoh dan kekejian, dengan banyak membunuh
ulama maupun rakyat yang mendukung NII
serta mereka membakar rumah-rumah penduduk
yang jelas-jelas rakyat NII. Melihat
kelakuan para infiltran sangat merusak dan merugikan
citra Islam sendiri, maka Natsir
membuat power dengan dibentuknya “Barisan Janur Kuning”
untuk menumpas para infiltran tadi.
Namun pasukan Natsir ini keburu ketahuan oleh Sukarno,
maka diarahkanlah kekuatan ini juga
untuk menyerang TII/NII terjadilah insiden pembantaian
pertama terhadap pasukan gerilya Muslim
yang turun gunung memenuhi seruan Natsir yang
menjanjikan perlindungan kepada mereka
bila mau menyerah malah dijanjikan penempatan
dan penghidupan yang layak. Dengan
kegagalan pendudukan NII ini maka Natsir dipecat
Sukarno dan diganti oleh Sukiman.
13 April 50
Peristiwa Andi Azis di Sulawesi.
25 April 50
Negara Indonesia Timur menjadi RMS
dibawah Soumokil
17 Agustus 50
RIS kembali kepada Negara Kesatuan
namun dengan konstitusinya menggunakan konstitusi
RIS.
22 Oktober 50
Pengiriman Nota Rahasia pertama dari
Imam SMK kepada Presiden Sukarno.
17 Pebruari 51
Pengiriman Nota Rahasia kedua dari Imam
SMK kepada Presiden Sukarno.
B. PENGGABUNGAN LASYKAR-LASYKAR MUSLIM
DI LUAR JAWA-BARAT
a.
Pimpinan Pimpinan Amir Fatah Wijaya
Kusumah dan beberapa Batalyon TNI.
Semasa perjanjian Renville di Jawa
Tengah khususnya daerah Tegal-Brebes kesatuan
TNI pimpinan Wongso Atmojo membentuk
sub wehrkreise III disingkat menjadi SWKS III,
sebagai bagian dari struktur komando
Tentara Republik. Kedalam kesatuan inilah didatangkan
seorang yang bernama Bapak Amir Fatah W
untuk menjabat sebagai ketua Koordinator
kepala keamanan SWKS III.
23
Disini Bapak Amir Fatah W membawahi 3
kompi:
1. Kompi Irfan Mustafa
2. Kompi Dimyati
3. Kompi Syamsuri
Mereka adalah dari batalyon V Brig. IV
Div. III (pasukan bekas Hisbullah) skup
Bataliyon daerah Pekalongan yang tidak
bersedia di TNI kan.
Sementara di Tegal - Brebes telah ada
organisasi Masyumi. Bapak Amir Fatah W pun
ikut aktif didalamnya dan ternyata dia
mampu memegang peranan hingga tingkat desa
lengkap dengan program pemerintahannya.
Dalam suatu rapat para pemimpin MI
memutuskan untuk membentuk kekuasaan
daerah yang bernama Darul Islam, memberlakukan
Hukum Islam sebagaimana yang
terselenggara di Jawa Barat, maka pasukan MI (peleburan
Hisbullah dan GPII) dirubah menjadi
TII, BKN dan PADIsetelah ada kontak dengan
Pemerintah Negara Islam Indonesia NII
Jawa Barat.
16 Pebruari 49
Kunjungan utusan Pemerintah NII yang
bernama Kamran Cakra Buana Panglima
Divisi I/Syarif Hidayatullah TII Jawa
Barat ke Jawa Tengan untuk bertemu dengan Bapak
Amir Fatah W dalam rangka memadukan
azzam atau kebulatan tekad dengan kesepakatan:
1. melanjutkan (mempertahankan)
proklamasi 17 Agustus 1945 dengan sistem NII
2. NII pekalongan dan Banyumas
ditugaskan untuk menjalankan organisasi serta alatnya
sebagai persiapan NII
Akhir april 49
Proklamasi NII Jawa Tengah yang
merupakan bagian dari NII. juga diangkat Bapak
Amir Fatah W sebagai panglima NII
wilayah Jawa Tengah.
5 Mei 49
Penyerbuan pertama TII Jateng ke markas
komandan Wongso Atmojo SWKS III
(bekas komandan dan kesatuan Bapak Amir
Fatah W) di desa bantar sari. Dalam waktu yang
relatif singkat markas ini dapat
dikuasai, namun sayang tak lama kemudian terjadi
pengkhianatan 2 orang Kapten, yaitu
Kapten Suja’i dan Kapten Mustafa. Kebocoran
informasi dengan ditangkapnya seorang
kurir istimewa yang membawa amanat tentang
diumumkannya tentang permakluman jihad
keseluruh MI didaerah SWKS III yaitu
Banyumas, Majenang, Probolinggo dan
Kroya. Namun demikian penyebaran perjuangan
Islam ini terus menjalar dalam
masyarakat juga organisasi AUI serta pasukan Batalyon 423
dan batalyon 426 namun batalyon 423
gagal ditarik untuk bergabung.
Penggabungan batalyon TNI diatas,
diawali dengan pemberontakan Kapten Sofyansetelah
komandan batalyon 426 Mayor Munawar
ditarik. Penarikan ini spontan menjadikan Kapten
Sofyan memegang pimpinan terhadap 3
kompi di asrama jati kudus dan 2 kompi dibawah
pimpinan Kapten Muhammad Alit Cs, yang
waktu itu menempati asrama Depo Pendidikan
(DODIK) Magelang. Namun kabur dan
menggabungkan diri dengan induknya Batalyon 426
namun pemberontakan ini gagal, untuk
selanjutnya Yon 426 menggabungkan diri pada NII
wilayah Jawa Tengah sekitar akhir tahun
1952, maka pertempuran di Jawa Tengah semakin
menggelora hingga pada tahun 1954.
Kemudian terjadi kemunduran-kemunduran hingga
menurut suatu kabar terjadi pembunuhan
terhadap beberapa komandan III termasuk panglima
Amir Fatah W yang dilakukan oleh
pengkhianat.
Secara singkat perjalanan perjuangan
NII Jawa Tengah sbb:
1952 - 1954 Merupakan tahap konsolidasi
kekuatan konfrontasi fisik
1954 - 1955 Merupakan taraf konsolidasi
taktik menghindari benturan
1955 - 1961 Merupakan tahap konsolidasi
teritorial melebur dengan massa
24
b.
SISA-SISA LASYKAR AUI KEBUMEN
11 September 45
Berdiri AUI (Angkatan Umat Islam) di
Kebumen yang diketuai oleh seorang ulama
pondok pesantren, bernama Kyai
Somalangu. Pada dekade awalnya AUI sangat akrab
dengan TNI dalam menghadapi penjajah
dan sangat terkenal sekali akan kesatriaan para
lasykarnya.
Oktober 45
AUI menyatakan dirinya menjadi satu
partai yang beraliran islam dimana kerjasama
dengan organisasi-organisasi lainnya
cukup terjalin dengan baik. Namun pada kelanjutannya
AUI melepaskan diri dari komitmen
terhadap RI , kemudian menyusun badan-badan
kelasykaran bersenjata sendiri yang
dinamakan lasykar AUI untuk mewujudkan cita-cita
moyangnya Kyai Somalangu yang berasal
dari Yaman bernama Syekh Abdul Kahfi Awwal
(ratusan tahun yang silam) yaitu untuk
mempertahankan dan menegakkan Indonesia menurut
jalan Allah yang ditunjukkan oleh
utusannya, maka tujuan AUI yang sekarangpun adalah
berusaha keras untuk memperjuangkan
desa Somalangu kepada Pemerintah RI setempat agar
dapat dijadikan tanah “Keputihan”,
yaitu suatu daerah yang bebas dari pajak RI dan
mempunyai peraturan pemerintahan
sendiri. Namun hal ini tercetusnya masih ditengah-tengah
perang mempertahankan kemerdekaan 17
Agustus 45 melawan Belanda, maka untuk
sementara waktu segala sesuatunya masih
terkonsentrasikan pada hal itu
15 Pebruari 50
Berangkat dari kasus Perjanjian
Renville, AUI mengirimkan surat terbuka kepada
Pemerintahan RIS, isinya menyatakan:”
..... bahwa kemerdekaan itu artinya bebas dan bersih
dari campur tangan bangsa asing pada
kepentingan masyarakat suatu bangsa yang lain dalam
segala hal mengenai perhubungan luar
negeri, pertahanan, keuangan, ekonomi, budaya dll.
Sebaliknya bilamana lain bangsa dapat
campur tangan pada masyarakat bangsa lain maka
kemerdekaan itu adalah kemerdekaan yang
tidak ada artinya ......”.
Jelaslah disini politik AUI sekarang
adalah menentang KMB dan menghendaki terwujudnya
suatu negara yang utuh bahkan menurut
Islam.
Melihat gelagat seperti yang demikian
maka, Pemerintah RIS mengajak kepada AUI untuk
mengadakan kerjasama dengan penarikan
seluruh lasykar AUI digabungkan kedalam tubuh
TNI. Kyai Somalangu menolak
pengangkatan ini namun adiknya yang bernama Haji Nur
Syadiq menerima peleburan ini, maka H
Nur Syadiq pun beserta pasukannya dileburkan
kedalam pasukan TNI Surengpati dan
pasukannya diberi nama Batalyon Lemah Lanang.
27 Mei 50
Kyai Somalangu membentuk pasukannya
dalam satu batalyon dengan nama batalyon
Khimayatul Islam.
1 Agustus 50
Batalyon Khimayatul Islam mengadakan
pemberontakan, terjadilah pertempuran
diseluruh kota Kebumen.
26 Agustus 50
Setelah pertempuran berjalan H. Nur
Syadiq yang memimpin batalyon Lemah Lanang
akhirnya bergabung dengan kakaknya
karena batalyon Lemah Lanang lasykarnya akan
dilebur untuk masuk Diklat Militer, hal
ini tidak bisa diterima oleh H Syadiq Namun
penggabungan ini boleh dikatakan
terlambat, maka pemberontakan di Kebumen dapat
dipatahkan oleh pasukan kafir TNI.
Terjadilah pengejaran-pengejaran lasykar AUI yang
hendak mundur untuk mengatur strategi.
25
26 September 50
Dipegunungan Srandil (Kroya) terjadi
pertempuran habis-habisan. Dan akhirnya Kyai
Somalangupun gugur pada awal bulan
Oktober. Sepeninggalan pemimpinnya lasykar AUI
tetap mendapat pengejaran-pengejaran,
namun dengan takdir Allah banyak lasykar AUI yang
dapat bertemu dengan para Mujahid NII
kemudian mereka meleburkan diri kedalam TII/NII.
Setelah mereka sampai ke daerah-daerah
basis Cilacap, Tegal dan Jawa-Barat.
2.
SULAWESI PIMPINAN KAHAR MUZAKAR
Bulan Oktober 50
Setelah pengakuan kemerdekaan dan
pembentukan RI yang bersifat federal (Desember
50) telah timbul berbagai ketegangan di
Sulawesi Selatan. Salah satunya ialah pertentangan
yang ditimbulkan oleh para gerilyawan
menuntut penggabungan secara menyeluruh dengan
tentara Nasional, namun Kolonel
Kawilarang sebagai komandan disana hanya menerima
sedikit karena pada kebanyakan terkena
seleksi dan selebihnya dibubarkan. Hal ini yang
menjadi awal permasalahan. Untuk
menyelesaikan masalah ini ada seorang teman Bapak
Kahar Muzakar yang bernama Bahar
Mattaliu mengajukan usulan kepada Presiden di Jakarta
lewat surat yang isinya menjelaskan
bahwa yang akan dapat menyelesaikan kerusuhan itu
hanyalah Bapak Kahar Muzakar karena
dialah yang telah membentuk mereka. Usulan
tersebut diterima Presiden, maka
diutuslah bakak Kahar Muzakar ke Sulawesi. Sampai disana
Bapak Kahar Muzakar mulai menemui para
gerilyawan dan sebagai hasilnya Bapak Kahar
Muzakar mengusulkan kepada Kolonel
Kawilarang bahwa untuk menanggulangi dan
mengendalikan para gerilyawan adalah
dengan cara mereka dikoordinir dan dijadikan
pasukan berupa satu brigade dibawah
pimpinan Bapak Kahar Muzakar secara langsung.
Usulan itu ditolak oleh Kolonel
Kawilarang, maka Bapak Kahar Muzakar meninggalkan
Makasar tanggal 5 Juli 50; kemudian
bergabung dengan gerilyawan di hutan untuk
berhadapan dengan TNI. Dengan para
gerilyawan inilah Bapak Kahar Muzakar leluasa
membentuk dan mengarahkan pasukan
kepada suatu arahan jelas menurut prinsip yang beliau
anut yaitu prinsip-prinsip Islam. Dalam
kurun waktu yang singkat terbentuk suatu pasukan
yang kuat dan terus berkembang dengan
cepat.
Perjuangan di Sulawesipun mendapat
tembusan dari Jawa Barat yang mengajak
bergabung dalam suatu naungan yang sama
yaitu dibawah bendera perjuangan Negara Islam
Indonesia.
20 Januari 50
Bapak Kahar Muzakar menulis jawaban
kepada Bapak Imam SMK yang menyatakan
bahwa Bapak Kahar Muzakar menerima
pengangkatan sebagai Panglima TII untuk Sulawesi
dan pelantikan para gerilyawan menjadi
TII pada tanggal 7 Agustus 53 juga sebagai ulang
tahun proklamasi NII dan dinyatakan
bahwa Sulawesi merupakan bagian dari NII. Peristiwa
ini terjadi didaerah sekitar Maklus
(sulsel) dari sini lahirlah “piagam Maklus”.
BEBERAPA PIAGAM MAKLUS YANG TERKUMPUL
Pasal 12 : Partai PNI, Murba dan PKI
adalah munafik dan tidak bertuhan dan karena itu
harus dihancurkan.
Pasal 13 : Partai-partai Islam seperti
Masyumi, NU dan PSII dinilai kontra revolusioner
dan harus ditiadakan.
Pasal 16 : Semua orang feodal yang
gemar memakai gelar dan perkataan seperti Opu,
Karaeng, Andi, Daeng, Haji, Gede,
Bagus, Sayyid, Teuku atau Raden harus
ditawan
Beberapa pasal disediakan untuk
mengatur santunan bagi korban revolusi (para janda,
anak yatim piatu dan penyandang cacat)
Pasal 44 : pembatasan biaya perkawinan
26
Pasal 45
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 52
: Peraturan tentang perkawinan
poligami, bagi mereka yang menentang akan
diadili. Peraturan ini adalah merupakan
bentuk pemecahan masalah penanggulan
janda korban perang.
: Pembelian dan pemilikan ternak dan
tanah, demikian pula kedai, pabrik,
kedaraan sewaan, perahu layar dilarang
kecuali dengan izin organisasi
Revolusioner.
: Dilarang memiliki atau memakai emas
dan permata, mengenakan pakaian yang
terbuat dari bahan mahal seperti wall
atau sutra, menggunakan minyak rambut,
pemerah bibir dan bedak,
makanan-makanan atau minuman yang dibeli dari kota
yang dikuasai musuh, seperti: susu,
coklat, mentega, keju, daging atau ikan
kaleng, biscuit, gandum gula, tebu dan
the.
: Bila barang-barang ini dengan syah
telah dalam penguasaan pemilik yang
sekarang, maka Organisasi Revolusioner
akan membeli atau meminjamnya; bila
sebaliknya barang-barang ini diperoleh
melalui “penipuan moral”, maka barang-
barang ini akan disita.
Jadi untuk daerah yang dikuasai oleh
Panglima Kahar Muzakar telah diberlakukan
Hukum Islam sebagaimana mestinya;
tegasnya Hukum Islam ini mendapat dukungan kuat
dari masyarakat lingkungannya apalagi
mengingat citra kepemimpinan didalam Islam
merupakan Uswatun Hasanah . Begitupun
dengan Panglima Kahar Muzakar dapatlah kiranya
beliau mewakili Islam dan Imam di
Sulawesi khususnya. Namun akhirnya keagungan yang
ada di Sulawesi mengalami kemunduran
dan kerusakan dengan berkhianatnya seorang
rekannya yang sebagai wakilnya juga
ialah Bahar Mattaliu. Dia membelot ke TNI karena
faktor ketidak setujuan akan beberapa
putusan Panglima Kahar Muzakar, padahal keputusan
tersebut bernafaskan syari’at Islam.
Panglima Kahar Muzakar tertangkap oleh pasukan TNI di
sungai Laslo, menurut kabar beliau
ditembak ditempat.
3.
SUMATRA (ACEH) PIMPINAN TEUKU DAUD
BEUREUH
Tahun 46
Sejak semula di Aceh ada kekuatan yang
merupakan dwi-tunggal, yaitu antara para
ulama yang memegang dan memerankan
Hukum Islam dan Ulee Balang (Hulu Balang)
sebagai pemegang Hukum Adat. Ada
seorang Sultan yang mampu memadukan dua kekuatan
ini menjadi satu. Namun sejak tanggal
10 Januari 1903 Sultan tertawan, maka Dwi-tunggal
pun terpecah dengan ditariknya Ulee
Balang pada pemerintahan sipil Kolonial. Senantiasa
terjadi pertikaian antar ulama dan Ulee
Balang hingga tahun 1939. Para Ulama bersatu dalam
PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan
diakhiri tahun 1945; singkatan tersebut menjadi
singkatan slogan “Pembasmian
Uleebalang-Uleebalang Seluruh Aceh”, maka pada awal tahun
46 terjadi pembantaian sebahagian besar
Uleebalang, keluarganya dibunuh dan sisanya
ditawan PUSA dipimpin oleh 4 Ulama dan
sebagai Ketuanya ialah Teuku Muhammad Daud
Beureuh. Organisasi perjuangan PUSA
seperti halnya perujangan yang terdapat di pulau-
pulau lainnya, yaitu perang sabil
melawan Belanda.
Tahun 50
Sekembali nya Yogya ke tangan Sukarno
Hatta maka PBB menuntut dikembalikannya
akan segala sesuatu mengenai De Facto
dan De Jure RIS begitupun De Factonya propinsi
Aceh. Namun hal ini mendapatkan
penentangan dari orang-orang Aceh sendiri akan rencana
peleburan kedalam kekuasaan RIS dengan
daerah lainnya. Sikap Aceh ini dijadikan oleh
orang-orang komunis sebagai sasaran
empuk untuk difitnah. Disukan bahwa Aceh sedang
mempersiapkan pemberontakan untuk
memisahkan diri dari RIS, maka Pemerintah Pusat
mengambil Langkah. Awalnya adalah
dengan pengangkatan seorang Panglima untuk daerah
Sumatra Timur dan langkah berikutnya,
tepatnya Bulan Oktober 50 Pemerintah pusat di
27
Jakarta memutuskan tentang penyatuan
Aceh dengan Tapanuli dan Sumatra Timur menjadi
satu propinsi yaitu menjadi Propinsi
Sumatra Utara; Dengan pelebuaran ini otomatis Abu
Daud menjadi tidak berfungsi lagi.
Untuk lebih menguasai lagi kekuasaan/keadaan,
Pemerintah Pusat menawarkan jabatan
yang ada di Jakarta tapi Abu Daud menolak dan
mengundurkan diri dari pemerintahan hal
ini menimbulkan ketegangan disemua pihak
terutama para pendukung PUSA. Adapun
yang diangkat menjadi Panglima di Sumatra Utara
oleh Pemerintah RI bernama Nazir
seorang Aceh juga namun dikhabarkan dia telah menaruh
simpati pada komunisme. Pribadi Abu
Daud sendiri dalam menghadapi konflik ini nampak
tenang-tenang saja beliau punya prinsip
akan tetap sabar selama Pemerintahan dipimpin oleh
Muslim atau orang-orang Masyumi yang
memegang peranan.
Awal Tahun 53
Orang-orang sayap kiri (komunis)
kembali menyebarkan desas-desus bahwa Aceh
benar-benar sedang mempersiapkan
pemberontakan, maka Pemerintah di Jakarta menyusun
perencanaan penangkapan kepada 190
orang tokoh Aceh yang terkemuka, namun rencana
tersebut bocor mengakibatkan putus sama
sekali hubungan Aceh dengan Jakarta memang
Abu Daud sendiri akhir-akhir ini telah
banyak bersikap meremehkan penguasa karena
boneka-boneka RI di Aceh semakin hari
semakin terlihat belangnya.
Abu Daud mawas diri dalam menghadapi
kecurangan penguasa, maka rencana penguasa RI
yang akan mengadakan penangkapan
terhadap 190 orang tokoh Aceh tidak terjadi, namun
yang timbul adalah bentrokan karena
terjadinya perlawanan dari tokoh tadi yang dipimpin
oleh Abu Daud.
Dalam penangguhan dan pemantapan
pergerakan yang di pimpinnya, Abu Daud
mengadakan kontak dengan Imam SMK (jawa
Barat) dengan cara tidak langsung atau lewat
utusan. Pada waktu ada rencana
pengadaan penggabungan wilayah Aceh untuk menjadi
bagian NII haruslah dilaksanakan oleh
KUKT (Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi), cuma
tidak dapat dilaksanakan karena
mengingat kesibukan di Pusat yang kurang memungkinkan
untuk ditinggalkan. Disodorkanlah
kepada Bapak Imam SMK seorang yang dapat
mengganti/mewakili KUTKT dalam
mengemban tugas ini, yaitu bernama Mustafa Rasyid
atau Abdul Fatah Wirananggapati yang
dikenal sebagai seorang Anshar yang sudah terbiasa
berkeliaran di kota dan dapat dipercaya
oleh Panglima Agus Abdullah tetapi Bapak Imam
SMK sendiri baru kali itu saja bertemu
dan langsung diberi mandat untuk mengadakan
pembai’atan sekaligus menyampaikan
kebakuan kebijaksanaan yang sedang berlangsung.
Akhirnya berangkatlah AFW ke Aceh..
Namun sangat sayang sewaktu hendak kembali dari
Aceh ia tertangkap pada Bulan Mei 1953
yang belum sempat melaporkan hasil tugasnya
pada waktu itu pula seorang utusan Abu
Daud dilaporkan tertangkap juga akibatnya rencana
pergerakan yang akan dilaksanakan
tanggal 7 Agustus 53 diundurkan, bahkan menurut
informasi terjadi penyerangan dari TNI
secara mendadak, maka semakin gagal saja rencana
penggabungan kekuatan dengan Jawa
Barat, padahal disana telah ada kekuatan kapal terbang
walau begitu dengan rahmat Allah
kekuatan di Aceh dapat dipulihkan kembali.
Tanggal 19 September 53
Diawali dengan proklamasi Aceh dan
daerah-daerah sekitarnya menjadi bagian dari
NII diserukanlah komando dimulainya
pergerakan seluruh Aceh. Kemenangan-kemenangan
diraih selain persiapannya yang juga
mapan juga adanya dukungan dari masyarakat pada
umumnya. Juga hubungan Diplomatik
dengan luar negeri dengan negara-negara Islam
maupun dengan fihak PBB sendiri
terjalin baik. Yang menjadi konsultannya adalah Hasan
Muhammad Tiro yang berdomisili di
Amerika.
Tahun 53
Pemilu RI yang pertama, Masyumi menang
mutlak, maka di Pemerintahan Pusat
semakin gencar pengajuan penyelesaian
masalah di Aceh dengan cara perundingan.
28
Antara 55 - 56
Kebusukan tentara Republik:
1. Perlakuan tak senonoh (asusila)
prajurit TNI Minangkabau yang masuk ke sebuah desa
dekat Banda Aceh dan mengumpulkan
seluruh wanitanya. Kemudian para prajurit itu
semua memperlihatkan kemaluannya kepada
para wanita tadi juga beberapa tawanan dari
Aceh (prajurit NII) dipaksa untuk
sama-sama memperlihatkan kemaluannya. Para prajurit
RI mengatakan kepada para wanita bahwa
dia dengan orang Aceh tidak ada perbedaan,
yaitu telah sama-sama disunat, karena
itu agar tidak dicap kafir.
2. Perampokan dan pembakaran
rumah-rumah penduduk yang dicurigai pro Panglima Daud
3. Di desa Cot Jeumpa dan Pulot Leupang
pasukan Republik mengumpulkan semua
penduduk tak terkecuali anak-anak,
perempuan dan orang tua renta yang kemudian tanpa
ragu dan belas kasihan mereka dibantai
semuanya.
Tahun 59
Didalam penyelesaian konflik Aceh maka
Pemerintah Pusat RI di Jakarta mengadakan
pertemuan-pertemuan dengan Pemerintah
NII di Aceh guna perundingan yang juga dihadiri
oleh antek-antek Aceh yang pro penguasa
RI hal ini sebenarnya adalah rencana Thaghut
memasang politik mengadu domba seperti
sebelumnya (1956). Aceh sendiri telah diakui dan
disetujui sebagai propinsi tersendiri.
Hasil pertemuan ini diangkatlah Hasymi sebagai
Gubernur dan Syamaun Gaharu sebagai
Panglimanya. Hal ini setelah adanya ide yang
disampaikan kepada Pemerintah RI dari
Syamaun Gaharu, bahwa untuk penyelesaian Aceh
adalah mesti dengan orang Aceh,
dengancara Aceh pula, karena Aceh adalah daerah yang
memiliki adat yang benar-benar
eksklusif. Kemudian pada tanggal 26 Mei 1959 Aceh diakui
sebagai daerah Istimewa dengan otonomi
khususnya dalam masalah keagamaan, adat dan
pendidikan, namun dengan catatan tidak
bertentangan dengan UUDS RI.
Tanggal 15 Maret 59
Bagi orang-orang yang berjuangnya
karena kesukuan dan ambisi, dengan adanya
pengakuan dan hak otonomi dari penguasa
RI dianggap sebagai sesuatu alternatif yang baik
untuk diambil sehingga terjadilah
perpecahan dalam tubuh NII Aceh, banyak orang terasnya
yang mengundurkan diri untuk bergabung
dengan antek thaghut dan ada juga yang
membentuk Pemerintahan sendiri dengan
nama Gerakan Revolusioner Islam Indonesia
(GRII), diketuai oleh Abdul Ganu Utsman
dan wakilnya Hasan Saleh. GRII selanjutnya
mengumumkan penghentian pemberontakan
dan menyatakan berunding dengan Pemerintah
RI, maka diadakanlah perundingan GRII,
Gubernur Aceh RI dan seorang Panglima utusan
dari Pemerintah Pusat RI dengan
keputusan memberikan peluang yang semakin besar pada
otonomi Aceh, walaupun Panglima Daud
dan Hasan Ali tetap melakukan pemberontakan
nemun pada akhirnya beliau menghentikan
sikap frontal mengingat suasana Aceh sudah
banyak berubah dengan banyaknya
perundingan yang dilakukan oleh para pembelot dengan
thaghut yang mengakibatkan kesamaran
pemandangan masyarakat Aceh hingga sulitnya
mereka untuk diarahkan pada cita-cita
penegakkan Islam yang murni maka Panglima Daud
mengambil sikap diam. Terlebih dengan
adanya kegagalan salah satu pecahan PRRI yang
dipimpin Natsir dan Burhanuddin Harahap
memproklamasikan diri menjadi bagian NII.
4.
KALIMANTAN PIMPINAN IBNU HAJAR
Bermula dari kehadiran
kelompok-kelompok kecil orang-orang asal Kalimantan yang
ada di Pulau Jawa juga
kelompok-kelompok kecil di Kalimantan itu sendiri yang bergerilya
melawan Belanda yang perjuangannya
jelas sempalan dan tak terkoordinir, maka Pemerintah
RI membentuk ALRI Div. IV untuk
mempersatukan gerilyawan tadi dalam mempertahankan
Republik di Kalimantan serta hendak
menjadikan Kalimantan sebagai wilayah republik ALRI
Div. IV dipimpin oleh Hasan Basri dan
wakilnya Gusti Aman.
29
Tahun 1947
Pelantikan ALRI Div. IV resmi menjadi
bagian dari jajaran militer Pemerintah RI
setelah terjadinya Perjanjian Linggar
Jati, maka hal ini sebenarnya untuk pengendalian ALRI
Div. IV yang senantiasa mengadakan aksi
yang merepotkan Belanda hingga kewalahan.
Sementara Pemerintah buatan Belanda
yang bernama daerah Otonomi Kalimantang
Tenggaradan Banjar tak dapat berkutik
juga menghadapi massa yang dikendalikan oleh ALRI
Div. IV. Padahal kalau melihat
Perjanjian linggar Jati ALRI Div. IV harus tunduk kepada
penjajah Belanda karena Kalimantan
merupakan De Facto Belanda, hal ini berlarut hingga 2
tahun lamanya.
25 November 1949
ALRI Div. IV dirubah namanya menjadi
Divisi Lembu Mangkurat yang mulai berada
dibawah yuridisi Dewan Banjar dengan
banyaknya campur tangan Pemerintah Pusat RI yang
didominasi oleh orang-orang Jawa hingga
banyak sekali penjahat-penjahat dari Jawa
mengambil alih peranan orang-orang
Kalimantan sendiri. Kenyataan seperti ini membawa
dampak cukup tajam ditengah-tengah
ketidak setujuan pengintegrasian ALRI Div. IV pada
TNI, juga meningkat antipati kesukuan
karena keserakahan pejabat-pejabat Jawa dan orang-
orang Kalimantan sendiri sangat
dilecehkan padahal mereka adalah bekas gerilyawan sejati.
Melihat kenyataan ini Pemerintah Pusat
RI semakin khawatir, maka ALRI Div. IV semakin
dirobek-robekkesatuan orang-orangnya
dilumatkan sama sekali dari arena yang ada dengan
alasan arena yang ada dengan alasan
penyebaran atau menempati bagian lain di Indonesia
dengan ditariknya 40 s.d 50 orang para
perwira bekas ALRI Div. IV untuk menempati krusus-
kursus khusus Akademi Nasional di
Yogyakarta. Padahal di Yogya sendiri sebetulnya telah
ditutup setahun silam pendidikan ini.
Maka sebagian besar masuk ke Surabaya dan ikut
pendidikan disana namun ternyata cuma
satu orang yang menyelesaikan pendidikannya,
selebihnya kembali ke Kalimantan
sebagian lagi bergabung dengan Divisi Lembung
Mangkurat dan sebagian lagi bergabung
kembali dengan para gerilyawan dihutan untuk
melawan tentara Republik sendiri.
Dihutan itulah para gerilyawan
membentuk KRIyT (Kesatuan Rakyat Indonesia Yang
tertindas) yang memang penduduk
desa-desa disana mendapat perlakuan yang menindas dari
Pemerintah Republik dan yang terutama
tujuannya adalah untuk membela keutuhan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pemerintah Kolonial.
KRIyT dirintis dan dipimpin oleh Bapak
Ibnu Hajar (bekas Letnan Dua ALRI Div.
IV), dimana ALRI Div. IV sejak semula
terkenal dengan kepribadiannya yang baik dengan
kekonsekwenannya terhadap ajaran Islam
yang begitu tinggi hingga pengaruhnya melahirkan
kekuatan massa yang besar di
Kalimantan. Maka dengan berdirinya KRIyT warna Islam
semakin nampak sebagai yang melandasi
perjuangannya.
Sering terjadi berbagi pertempuran
melawan pasukan-pasukan TNI pimpinan Hasan Basri
sebagai kepercayaan Pemerintah RI untuk
mengadakan penumpasan KRIyT, padahal Hasan
Basri dulunya pimpinan ALRI Div. IV.
Namun berbagai harapan dan impian jabatan dan
kekayaan yang membawa dia menjual
akherat untuk dunia. Upaya-upaya Hasan Basri tidak
begitu banyak membawa hasil, maka
diganti oleh Sitompul seorang Batak untuk memimpim
penyerangan terhadap pemberontak KRIyT.
Sementara Hasan Basri sendiri ditarik ke Jakarta
kemudian oleh Pemerintah RI diberikan
bea siswa untuk sekolah ke Mesir memperdalam ilmu
agama Islam dan kemiliteran selama 4
tahun (1951 - 1955).
Pebruari 54
Konsolidasi erat terjalin antara
Pemerintah NII dengan Pimpinan KRIyT dengan
hadirnya seorang utusan utama dari
Pemerintah NII yang bernama Sanusi Partawijaya, dalam
perbincangannya membicarakan
upaya-upaya tentang penggabungan Kalimantan kedalam
wilayah De Facto Negara Islam dan
membentuk komando Teritorial VI TII
30
Akhir 54
Proklamasi NII Kalimantan dan
pelantikan Ibnu Hajar sebagai Panglima Komando
Teritorial VI TII.
Mulai saat inilah nama KRIyT menjadi
APTI (Angkatan Perang Tentara Islam) yang markas
besarnya di Hulu Sungai, maka muncullah
para pejuang Kalimantan ini dengan identitas
kemusliman dan kemujahidannya, terlebih
dengan telah ditetapkannya beberapa
kebijaksanaannya yang menghapus
ciri-ciri sekuler pada sistem dan operasionalnya baik
dibidang sipil ataupun dibidang
militer.
Berbagai upaya dilancarkan oleh
Pemerintah Pusat RI baik secara militer ataupun secara
politis hingga Sukarno turun ke
Kalimantan dengan propaganda akan memberikan amnesti
umum kepada semua pemberontak yang
menyerah pada akhir tahun 55, namun hasilnya Nol
besar karena kegiatan APTI tidak
berkurang, maka Pemerintah pusat RI membuat planning
baru yang sifatnya mengulang kembali
politik yang sudah baku yaitu politik adu domba
dengan mengandalkan ras kesukuan untuk
menjadikan transparan kekuatan religius dengan
kembali menarik Hasan Basri sepulang
dari Mesir untuk diberi kepercayaan dan mandat
untuk memimpin pasukan untuk menumpas
APTI yang dipandang semakin kuat, karena
daerah teritorialnya makin luas.
Langkah awalnya Hasan Basri melakukan teror mental dan
bujuk rayu dengan menggunakan potensi
para Ulama yang pro pada penguasa hingga
mengakibatkan 2 komandan APTI membelot,
juga menyerahkan 400 orang gerilyawan namun
hal ini tidak berkelanjutan karena Ibnu
Hajar dapat memanfaatkan situasi umum yang sedang
terjadi berupa konflik kesukuan antara
Jawa dan Kalimantan. Maka Panglima Ibnu Hajar
dapat memulihkan bahkan mengembangkan
lebih jauh lagi pasukannya hingga mampu
mempertahankan perjuangannya sampai 7
tahun. Namun akhirnya terjadi kemunduran-
kemunduran dengan terjadinya
pengkhianatan-pengkhianatan dan kepandaian penguasa yang
senantiasa memakai politik adu domba
serta kesulitan menjalin kerjasama dengan kekuatan
lainnya yang juga dalam kondisi sulit.
Awal September 65
Ibnu Hajar tertangkap kemudian
disidangkan pada pengadilan militer dengan vonis
dihukum mati.
IX.
KERANCUAN DAN AKIBATNYA YANG FATAL
(1958 - 1962)
Tahun 58
Dalam pemilihan didaerah-daerah Jawa
berlangsung pada bulan Agustus ternyata
bahwa PKI telah menjadi partai besar di
pulau Jawa. Otomatis PKI dalam pemerintahan
semakin memiliki peluang besar, apalagi
kekacauan situasi politik waktu itu sangat
menguntungkan untuk lebih menguntungkan
kudeta komunis. Ruang gerak orang-orang Islam
parlementer sangat sulit, maka beberapa
pejabat meninggalkan Jakarta menuju Sumatra untuk
bergabung dengan para perwira TNI yang
sakit hati yang berada didaerah bergolak Sumatra,
dimana disana berdiri PRRI yang
dilantik oleh Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad Husein,
juga dia melantik menteri-menteri yang
ketuanya adalah PM Syafruddin Prawiranegara pada
tanggal 15 Pebruari 1958.
Setahun kemudian terjadi perubahan dan
pergeserah pimpinan yaitu Mr. Assat naik
sebagi presiden dan Moh. Natsir sebagai
wapres sedang Syafruddin P sebagai PM merangkap
menteri keuangan adapun Simbolon
sebagai Menlu. Dengan tampilnya PRRI adalah untuk
memerangi komunisme Sukarno, maka
datanglah bantuan dari Negara Liberalis Amerika
Serikat. Maka dalam hal persenjataan
dapatlah dikatakan berimbang dengan TNI. Sementara
itu Natsir sendiri mengirimkan tembusan
Ke Timur Tengah untuk minta bantuan pendanaan,
maka datanglah batuan dari Liga Arab
yang mengira tembusan itu permintaan dari NII.
Namun kenyataannya PRRI sangat lemah
karena kerancuan ideologi yang bercampur aduk
31
yang mengakibatkan tak ada kekompakan
dalam barisan pimpinan. Dimana penyerangan dari
APRI yang dipimpin Jendral Ahmad Yani
tanggal 17 Agustus 1959 tak mendapat perlawanan
sama sekali terlebih lagi setelah
Simbolon dan disusul pula Dewan Banteng yang melantik
PRRI menyerah kepada RI, dikhabarkan
dengan hal ini maka kekuatan berupa perangkat
senjata dikirim dari Sumatra ke Jawa,
dengan demikian kekuatan RI melipat sebagai
perbandingan akhir antara kekuatan TII
dan NII kurang lebih 2:3 maka dengan adanya PRRI
maka kekuatan berubah sebagai berikut:
TII
2
:
:
TNI
3
:
:
PRRI
3
Karena PRRI dengan RI, maka kekuatan
menjadi:
TII
2
:
:
TNI
6
Dalam pada itu Pemerintah RI di Pusat
terjadi pertentangan dalam konstituante, maka
Sukarno membatalkannya karena tak ada
yang mau mengalah. Kemudian Sukarno
mengeluarkan Dekrit kembali kepada UUD
45 dengan Piagam Jakartanya pada tanggal 5 Juli
59.
Maka semakin tak karuan sebagian pihak
PRRI yang condong ke Islam kerena hal ini
seolah-olah mengembalikan lagi kepada
masalah Syari’at Islam yang sebelumnya dihapus.
Namun politisi-politisi yang keras hati
tak menghiraukan hal ini, malah membentuk apa yang
mereka sebut dengan Republik Persatuan
Indonesia pada tanggal 8 Pebruari 60. Kini
Syafruddin P tampil sebagai presiden
merangkap PM, Mr Assat sebagai Ketua Mahkamah
Agung, M Natsir sebagai Menteri Agama.
Dikarenakan dalam RPI sendiri terjadi
pertentangan dan perpecahan menjadi 3
golongan yang salah satunya dipimpin M Natsir. M
Natsir menjalin konsolidasi dengan NII
Aceh namun tidak sempat karena terburu rontok
seiring dengan kehancuran RPI lainnya
dengan cara yang mudah, karena sejak semula tidak
memiliki orientasi perjuangan yang
jelas melainkan diombang-ambing oleh rasa ambisi dan
kekecewaan. Ribuan jiwa telah menjadi
korban akibat kecerobohankepemimpinan dalam
tubuh RPII semua ditangkap dan dipaksa
untuk mengakui Kesaktian Pancasila, walhasil Azas
Tunggal diterima sebagai ideologi dan
mengesampingkan keyakinan dirinya tak terkecuali M
Natsir.
Dengan peristiwa noda ini mengakibatkan
tokoh-tokoh utama Masyumi yang kena
getahnya juga harus menanda-tangani
pernyataan komitmen pada Pancasila dan UUD 45, ini
suatu penyerahan ideologi, suatu
kemusyrikan yang melebihi dosa keji manapun. Dan
sebagai akibat lanjutannya Masyumi
dibubarkan dan tak pernah bangun lagi.
Tahun 59 – 62 Pecah perang Brata
Yudha antara APNII dan APRI.
Menurut Syari’at walaupun kekuatan
NII lebih kecil dibanding kekuatan musuh,
namun hal ini bukan alasan untuk
mundur, namun kalau sudan terjadi pengkhianatan, ini lain
soal. Betapapun kekuatan yang besar
namun tetap kehancuran yang menjadi konsekwensinya.
Melihat gelagat ini Imam SMK memanggil
seluruh komandan-komandan APNII dari tingkat
Bupati keatas secara bergilir untuk
diberikan amanat-amanat sebelum terjadi “Masa Fathrah”
kurang lebih isi amanatnya sebagai
berikut:
1. Diperintahkan kepada segenap Mujahid
dan Mujahidah untuk kembali ke “semangat
Gunung Cupu” yaitu memegang teguh dan
merealisasikan Kalimat Laa Ilaaha Ilal-Llah
Muhammadar Rasulullah, dengan prinsip
operasional “Laa ......” Tidan/Non/berpaling)
yang ada pada dasar juangnya harus
karena mentaati perintah-perintah mengharap ridho
Allah SWT.
2. Mujahid harus menjadi Mujtahid,
jelasnya seluruh APNII terutama para pemimpinnya
harus berijtihad sendiri, jangan taqlid
lingkungan atau pada pimpinan selkalipun, bila ia
32
menyerah.
3. Selamatkan Mujahid dan Mujahidah
dengan taktik “Khod’ah”/taktik tipu musuh
maksudnya pura-pura
Juga beliau berwasiat kepada seluruh
Mujahid dan Mujahidah sebagai berikut:
Mujahid dan mujahidah harus sabar bisa
jadi esok lusa kita menjadi sampah. namun sampah
itu akan jadi kristal pupuk yang akan
menyuburkan NII pada masa yang akan datang.
Sebenarnya siliwangi telah kehabisan
akal, untuk menembus pertahanan NII begitupun
Sukarno yang pernah mengadakan
pertemuan beberapa kali dengan Bapak Imam SMK
hampir menyerahkan kekuasaannya demi
tercapainya kedamaian Nasional yang menjadi titik
tujuan RI.
Namun kenyataan diatas berputar 180 0
dengan munculnya para pengkhianat utama,
yaitu 2 orang tokoh NII membelot dan
memberikan ide dan kejelasannya mengenai segala
kerahasiahan TII. Tersimpullah suatu
rancangan penyerangan sesuai dengan anjuran
pengkhianat, yaitu untuk memasang
formasi “pagar betis” pengepungan secara rapat dengan
tamengnya adalah masyarakat yang
ditarik dari sekitar kaki gunung.. Sebenarnya mereka
adalah rakyat NII sendiri. pagar betis
ini memang sangat fatal terhadap pejuang karena
bagaimana akan melepaskan tembakan
kalau pelurunya harus menembus rakyat dahulu. Maka
setiap bentrokan sering dihindari oleh
pasukan NII. diadakan penyerangan kalaulah rakyat
yang disertakan dibawah todongan
senjata TNI sedang melakukan sholat atau lagi ada
keperluan lain yang meninggalkan
tempat. Keadaan seperti ini menjadikan para Mujahid
semakin terdesak hingga tertangkapnya
Imam SMK dalam keadaan sakit pada
tanggal 4 Juli 62.
SIKAP LANJUT
“Ketika orang-orang kafir menanamkan
kedalam hati mereka kesombongan, yaitu
kesombongan jahiliyah lalu Allah
menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang Mukmin dan Allah mewajibkan
kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka
berhak dengan kalimat taqwa itu dan
patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu
PATUT DICAMKAN
Pola Tarbiyah Imam SMK wajib dipahami
Mujahid untuk menjiwai sakinah dan
Istiqomah harokah dalam medan manapun ,
yaitu menumbuhkan cinta Tho’at dan patuh
dengan motto:
• Allah Minded
100 %
• Islam Minded
100 %
• NII Minded
100 %
• Jihad Minded
100 %
33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar